Minyak sawit - deforestasi untuk barang sehari-hari
Minyak sawit dalam kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan – karena terdapat di dalam makanan, kosmetik, bahan pembersih dan bahan bakar. Sawit memberikan keuntungan besar bagi perusahaan, tetapi tanah serta mata pencaharian petani kecil dirampas. Penggusuran, penebangan hutan hujan dan punahnya flora dan fauna merupakan dampak dari konsumsi minyak sawit.
Bagaimana ini semua bisa terjadi? Apa yang bisa kita lakukan untuk melindungi manusia dan alam?
Situasi kini – hutan hujan di dalam tangki dan piring
Berjumlah 66 juta ton per tahun, minyak sawit adalah minyak nabati yang terbanyak diproduksi. Harga pasaran dunia yang murah dan baiknya sistim pengolahan menyebabkan satu dari dua barang di supermarket mengandung minyak sawit. Disamping makanan yang dibekukan, biskuit dan margarin, minyak sawit juga terdapat di krim badan, sabun, kosmetik, lilin dan deterjen.
Yang hampir tidak diketahui: di Indonesia, biofuel dari minyak sawit dicampur dengan solar sebanyak 20% s/d 30%, dan dibakar di pembangkit listrik. Di Uni Eropa (UE) hampir setengah dari impor minyak sawit mengalir ke biofuel. Peraturan wajib mencampur biofuel di bensin dan solar (diesel) yang telah diputuskan pada tahun 2009 adalah alasan utama atas penebangan hutan hujan.
Sementara ini perkebunan sawit berkembang lebih dari 27 juta hektar di seluruh dunia, dan 14,6 juta hektar di Indonesia. Wilayah ini sebesar pulau Jawa dan pulau Sulawesi, dimana manusia dan hewan harus hengkang dari hamparan hijau.
Dampak – kematian akibat sup kemasan
Iklim tropis di sekitar wilayah ekuator yang lembab dan hangat ini merupakan lahan subur bagi kelapa sawit. Di Asia Tenggara, Amerika Latin dan Afrika setiap harinya kawasan hutan hujan yang luas hilang dan dikonversi menjadi perkebunan sawit. Deforestasi ini menyebabkan terlepasnya sejumlah besar gas rumah kaca ke atmosfir. Tahun 2015, emisi gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan gambut di Indonesia,lebih tinggi daripada emisi dari Amerika Serikat. Emisi CO2 dan metana menyebabkan biofuel dari minyak sawit tiga kali lebih berbahaya bagi iklim dari pada bahan bakar minyak bumi.
Namun tidak saja iklim yang jadi rusak: pohon sawit menyebabkan punahnya hewan langka seperti orang utan, gajah kalimantan dan harimau sumatra. Petani kecil dan masyarakat adat yang sejak dulu menghuni dan melindungi hutan sering digusur dari tanahnya dengan brutal. Di Indonesia terdapat 700 kasus konflik tanah yang berhubungan dengan industri minyak sawit. Juga dengan apa yang disebut „perkebunan yang dikelola secara lestari“ atau „perkebunan bio“ selalu saja menyebabkan pelanggaran HAM.
Kita sebagai konsumen sangat sedikit mengetahui hal ini. Konsum minyak sawit sehari-hari mempunyai juga dampak buruk bagi kita: di minyak sawit yang telah di saring terdapat sejumlah besar ester asam lemak yang berbahaya bagi kesehatan. Dampak ini dapat merusak sel tubuh dan menyebabkan kanker.
Pemecahannya – revolusi tangki dan piring
Hanya tersisa 70.000 orang utan yang hidup di hutan-hutan di Asia Tenggara. Politik biofuelnya dari mancanegara membawa spesies ini ke batas kepunahan: Setiap perkebunan sawit baru merusak habitat mereka. Untuk menolong hewan yang tergolong keluarga manusia ini, kita harus meningkatkan tekanan pada politik. Dan juga mulai dengan perubahan kegiatan sehari-harinya.
Petunjuk berikut dapat menolong mengenali minyak sawit, menghindari dan menentangnya:
-
Memasak sendiri, memutuskan sendiri: Biskuit dan kue produksi pabrik? Mie Instan?Masak sendiri dengan bumbu segar daripada membeli produk buatan jauh lebih enak dan sehat. Sayur-menayur dioseng-oseng daripada gorengan. Untuk memasak dan memanggang gunakan minyak lain seperti minyak kelapa.
-
Baca tulisan di bungkus: Produk makanan yang mengandung minyak sawit maka sering tertera pada bungkusnya „minyak nabati“ saja. Di kosmetik, bahan pembersih dan deterjen kandungan minyak sawit sering dikaburkan dengan berbagai istilah kimia. Dengan riset di internet dapat ditemukan produk alternativ yang bebas minyak sawit.
-
Pembeli adalah raja: Produk bebas minyak sawit yang mana yang Anda tawarkan? Mengapa Anda tidak menggunakan minyak yang aman? Pertanyaan pada staf penjualan dan surat pada produsen akan menjadikan perusahaan takut atas barang produksinya.Tekanan publik dan meningkatnya kesadaran atas permasalahan telah menyebabkan beberapa produsen menghindari minyak sawit.
-
Petisi dan tekanan bagi politisi: Aksi protes on-line menekan politisi yang bertanggung jawab atas biofuel. Sudahkah Anda menandatangani petisi dari Selamatkan Hutan Hujan?
-
Bicara lantang: Demonstrasi dan aksi jalanan yang kreatif membuat aksi protes lebih terlihat. Hal ini menyebabkan tekanan bagi pelaku keputusan politik lebih besar.
-
Kendaraan umum dari pada kendaraan pribadi: Bila mungkin berjalan kaki, dengan sepeda atau transportasi umum.
-
Mengetahui dan memberikan pengetahuan: Industri, perdagangan dan politik ingin membuat kita percaya bahwa biofuel ramah iklim dan perkebunan sawit dapat terus berkelanjutan. Hutanhujan.org menginformasikan tentang dampak perkebunan sawit.
Tanda tangan Anda dapat membantu melindungi hutan hujan! Petisi kami menentang proyek yang menghancurkan hutan hujan - dan menyebut nama pihak yang bertanggung jawab. Bersama kita akan kuat !
Selamatkan Rawa Tripa, Habitat Terakhir Orangutan!
Lahan di kawasan lindung gambut Tripa di Nagan Raya dibuka lagi - ini hasil investigasi Koalisi Selamatkan Lahan dan Hutan Aceh. Kehilangan tutupan hutan mencapai ratusan hektar.
informasi lebih lanjutKepada: Direktorat Jenderal Penegakkan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Aceh, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Aceh
“Bebaskan HGU di dalam Kawasan Lindung Gambut Tripa, Tetapkan dalam Rencana Tata Ruang!”