Alam adalah warisan orang Papua yang paling berharga

Kakatua raja Kakatua raja di habitatnya di Papua sangat terancam punah (© CC BY-SA 2.0/Jim Bendon) kelompok masyarakat Wambon duduk diatas daun kelapa Upacara ritual suku Marind untuk melindungi hutannya (© Pusaka) Burung kasuari di hutan hujan Daintree, Australia Hewan totem: burung kasuari (© Martin Stringer Photography) Cenderawasih raggiana Cenderawasih raggiana dalam tarian kawin (© RichLindle/Istockphoto) Tumbuhan sarang semut (myrmekophyten) Epifit endemik: Tumbuhan sarang semut (myrmekophyten) (© CC BY-SA 4.0/coenobita) Pohon merbau Pohon merbau tingginya bisa mencapai 50 meter dan berbunga merah muda (© CC BY-SA 3.0/Denis.prévôt & CC BY-SA 4.0/techieoldfox) Kangguru pohon Kangguru pohon tingginya sekitar 50-80 cm. Panjang ekor hewan ini hampir sama dengan panjang tubuhnya dan berguna membantu memanjat (© Phani Teaja Duggirala/Istockphoto) Pohon merbau Pohon merbau tingginya bisa mencapai 50 meter dan berbunga merah muda (© CC BY-SA 3.0/ Denis.prévôt)

23 Mar 2025

Biodiversitas di pulau Papua sangat luar biasa - begitu juga hubungan manusia dan alamnya. Keanekaragaman flora dan faunanya tidak hanya membentuk pola kehidupan rakyat Papua, tetapi juga kepercayaan dan budaya.

Jauh di dalam hutan hujan pulau Papua hidup „penghuni berbulu yang sangat cantik dan unik“, demikian peneliti alam asal Britania, Alfred Russel Wallace, saat ia pertama kali melihat burung cendrawasih di pertengahan abad ke 19. Dipastikan ia telah mengamati tarian kawin yang dibawakan cendrawasih jantan. Tidak ada hewan di dunia ini yang menari seindah itu. Sekitar 40 jenis cendrawasih hidup di pulau terbesar ke dua di dunia ini. Hampir semua endemik. Mereka beradaptasi dengan tempat-tempat yang kecil sehingga populasinya sangat terancam punah, jika hutan terus ditebang.

 

Pulau Papua adalah surga burung sesungguhnya, sebut para peneliti. Sekitar 700 spesies telah didata, diantaranya burung dara bermahkota berbulu biru (goura), burung nuri, burung beren (cnemophilidae) dan kakatua. Yang juga menarik adalah burung kasuari yang besarnya seperti manusia dewasa dengan bulu hitam mengkilat dan leher biru. Tidak ada hewan darat di pulau Papua yang lebih besar dari kasuari. Hewan ini merupakan burung berjalan yang tidak mampu terbang yang suka makan buah-buahan dan menyebarkan bibitnya. Dengan begitu kasuari juga menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

Hotspot spesies endemik

Flora dan fauna bagi rakyat Papua lebih dari sekedar bagian alam mereka. Hewan dan tumbuhan turut membentuk kepercayaan dan budaya mereka. Burung kasuari merupakan hewan totem suku Kaize yang merupakan bagian dari kelompok suku Marind di Merauke. Kaize menghormati burung ini, tidak memburunya dan mereka menghiasi dirinya dengan bulu burung kasuari. Suku Mahuze menyebut pohon sagu sebagai saudarannya, sementara suku Saham mengidentifikasi diri dengan kangguru pohon.

 

Hewan berkantung ini, sama seperti kasuari, merupakan sebuah relik ketika pulau Papua dan Australia dulu membentuk satu benua yang bernama benua Sahul. Setelah lapisan es dunia mencair, permukaan laut meninggi dan pulau Papua selama beribu-ribu tahun terisolasi. Sejumlah besar jenis hewan endemik berkembang dan banyak diantaranya masih belum diteliti secara ilmiah.

 

Rakyat Papua mengenal setiap tumbuhan

Yang lebih banyak lagi belum terjamah adalah dunia tumbuhan, pohon akar, epifit dan kantung semar. Pada 2024 sekelompok peneliti telah menemukan 12 jenis anggrek yang saat itu belum dikenal. Dan 2018 para ilmuwan di perbatasan pulau Papua milik Indonesia dan Papua Nugini telah menemukan sebuah jenis anggrek endemik yang indah. Anggrek ini tumbuh di ketinggian 2000 meter di pepohonan setinggi 45 meter yang ditutupi lumut.

 

Tentang kekayaan alam Papua, rakyat Papua punya pengetahuan tinggi. Mereka tahu tumbuhan mana yang dapat dimakan, beracun dan menyembuhkan penyakit. „Buah merah“, tumbuhan yang termasuk kelompok tumbuhan pandan, sangat dicari-cari di Papua. Buah ini mengandung vitamin A yang tinggi, kalsium dan asam lemak omega-3. Karenanya buah ini bisa menolong penyakit kulit dan mata dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

 

Pohon merbau terkenal di seluruh dunia. Kayunya berwarna merah, lebih keras dan tahan lama dibanding kayu jati atau ek. Dulu merbau tersebar dari Madagaskar ke Asia Tenggara hingga ke wilayah pasifik. Sekarang pohon ini hampir hanya terdapat di Papua. Tradisi membuat perahu dari kayu merbau bertahan hingga kini. Namun permintaan kayu tropis untuk pembuatan rumah dan lantai sudah lama mengancam hutan hujan Papua.

Keanekaragaman hayati berada dalam bahaya

Merbau adalah satu contoh bahwa dunia flora - sebaliknya dari dunia fauna - mempunyai pengaruh dari Asia. Lebih dari setengah jenis tumbuh-tumbuhan adalah endemik. Tapi hanya 13.000 dari 25.000 jenis tumbuhan telah terdata. Pulau Papua dengan 1200 jenis pohon sangat jauh banyaknya dibanding Jerman yang hanya memiliki 77 jenis. Sampai saat kini keanekaragaman hayati di sana relatif masih eksis. Tapi banyak jenis tumbuhan akan segera punah selamanya jika vegetasinya dirusak demi monokultur, seperti yang terjadi sekarang. „Hotspot biodiversitas“ harus tetap lestari demi kehidupan di bumi kita.

 

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!