Surga terbakar: Korindo membabat hutan hujan perawan dan habitat kanguru pohon
8 Sep 2016
Habitat kanguru pohon dan burung-burung surga dalam bahaya: Citra-citra satelit, foto, dan video mengungkapkan penghancuran hutan perawan secara besar-besaran di Papua dan Maluku Utara yang dilakukan oleh perusahaan kelapa sawit dan kayu bernama Korindo.
Investigasi, foto-foto dan video oleh Mighty Earth: burning paradise
Sebuah investigasi baru mengungkap citra satelit, foto, dan video yang baru sebagai bukti-bukti deforestasi dan pembakaran ilegal yang masif terhadap hutan hujan perawan di Boven Digul (Papua) dan Maluku Utara oleh perusahaan Indonesia-Korea, Korindo, sebagai upaya untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Laporan ini dirilis saat musim kebakaran sedang memanas di pulau Sumatera dan Kalimantan. Fokus laporan ini adalah bisnis kelapa sawit Korindo. Sementara itu, pengoperasian kayu Korindo yang besar juga memiliki dampak serupa, termasuk dampaknya terhadap habitat kanguru pohon dan burung-burung surga yang endemik dan jarang di Papua.
“Tidak diragukan lagi tindakan Korindo dalam pembabatan hutan hujan perawan di Indonesia sangat tragis,” kata Bustar Maitar, Direktur Mighty Asia Tenggara. “Tetapi yang mengejutkan adalah penggunaan api secara sistematis oleh Korindo untuk membuka lahan demi perkebunannya.”
Korindo telah membabatkan 50.000 hektar hutan hujan perawan di Papua. Dalam waktu tiga tahun terakhir ini, Korindo telah menghabiskan 30.000 hektar demi perkebunan sawit. Pelakuan Korinda harus berhenti!
“Kita juga perlu melihat fakta bahwa para pembeli minyak sawit utama dunia tetap memosisikan Korindo pada rantai pasokan mereka selama lebih dari dua tahun setelah mengadopsi kebijakan-kebijakan No Deforestation. Contoh seperti Korindo menunjukkan bahwa upaya antar perusahaan untuk menghentikan deforestasi dan pelecehan hak asasi manusia masih kurang memadai. Karena itu, larangan deforestasi terhadap semua industri sangat diperlukan segera,” imbuh Maitar.
Papua merupakan provinsi terpencil di Indonesia dengan keterbatasan akses terhadap media dan masyarakat madani. Akibatnya, Korindo telah lolos dari pembukaan lahan dan pembakaran yang sistematis demi perkebunan kelapa sawit mereka dan hampir tidak memberikan pertanggungjawaban apapun. Tak mengherankan jika foto-foto hasil investigasi di lapangan menjadi sesuatu yang sangat jarang dan sulit diperoleh.
“Hutan hujan telah membentuk kehidupan dan kebudayaan di Papua. Hanya dalam beberapa tahun, Korindo telah menghancurkan hutan yang disebut rumah oleh para leluhur kami, hutan yang memberikan kami makan, perlindungan, dan air bersih,” kata Pastor Amo, seorang pemuka agama dan Direktur SKP KAMe Merauke. “Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah untuk menghentikan perusahaan yang mengubah harta karun alami milik Papua menjadi lahan pertanian untuk industri.”
Direktur Pusaka Y. L. Franky menambahkan. Hak-hak masyarakat adat telah dikangkangi dengan berbagai cara untuk memuluskan penghancuran sumber-sumber penghidupan mereka. Tindakan ini harus di hentikan dan pemerintah harus menjadi pelindung utama bagi masyarakat adat dan sumber-sumber pengidupannya.
Sumber: Yayasan Pusaka dan SKP-KAMe Merauke