Skip to main content
Cari
Para penyerang menggunakan tameng
Berita dari Tribun-News: „Bentrokan berdarah antara masyarakat adat dan karyawan Toba Pulp Lestari“ (© Tribun Medan)
4 orang duduk di depan meja di luar rumah dengan latar belakang rumah tradisi Batak
Desa Sihaporas terletak hanya beberapa kilometer dari danau Toba (© Boboy Simanjuntak)
Upacara panen masyarakat adat desa Sihaporas
Upacara panen dari masyarakat adat Sihaporas (© AMAN Tano Batak)
Kelompok petani dengan tranparan diatas bukit
Sihaporas telah menunggu selama bertahun-tahun agar hutannya diakui sebagai hutan adat. (© AMAN Tano Batak)

Ratusan karyawan bersenjata menyerbu desa Sihaporas di Sumatera Utara

24 Sep 2025Ratusan orang bersenjata yang dikirim perusahaan kertas Toba Pulp Lestari (TPL) telah menyerang desa Sihaporas di Sumatera Utara. 33 warga, kebanyakan perempuan, luka-luka. Serangan brutal ini merupakan titik puncak bayangan akibat konflik antara masyarakat adat Batak dan TPL. Perlawanan semakin keras dan menuntut „Tutup TPL!“.


Sekelompok orang bersenjata menggunakan masker, memakai helm dan berseragam hitam. „Mereka dipersenjatai parang, alat kejut listrik dan tongkat pukul“, lapor Jhontoni Tarihoran, Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) - Tano Batak.

Diduga keras bahwa Toba Pulp Lestari (TPL) telah mengirim ke ratusan penyerang, sebab 20 kendaraan yang mereka pakai milik pihak keamanan TPL.

TPL sejak 1989 memproduksi pulp, kertas dan viskosa di sekitar danau Toba. Perusahaan ini sangat bertanggung jawab atas perusakan hutan hujan di Sumatera Utara. TPL juga mencemari air dan udara. Untuk meredam perlawanan warga yang menentang perampasan lahan, TPL selalu menggunakan kekerasan.

Pada 22 September para pelaku merusak beberapa rumah, kendaraan bermotor dan sebagian Posko Buntu Panaturan. Mereka dengan brutal memukul perempuan yang ingin melindungi poskonya. Menurut laporan AMAN Tano Batak, sedikitnya 33 orang terluka (18 perempuan dan 15 pria) akibat serangan massa TPL tersebut, termasuk lima perempuan dengan luka parah di bagian kepala, mulut, dan tubuh.

Warga desa Sihaporas cemas akan serangan berikutnya. Tahun lalu 50 orang bersenjata menculik lima warga Sihaporas dan membawanya ke penjara.

Desa Sihaporas

Warga asli Sihaporas adalah masyarakat adat Batak Toba. Mereka tinggal di sana sejak 200 tahun, hingga terjalin ikatan yang dalam dengan hutan. Mereka hidup dari pertanian, hasil hutan dan aren (Arenga pinnata). Warga Sihaporas terkenal karena ritual mereka yang menggunakan tanam-tanaman obat dari hutan.

Pada 40 tahun yang lalu TPL mulai mencaplok lahan hutan hujan di Sumatera, lalu menebangnya dan kemudian membangun perkebunan pohon eukaliptus. Kini TPL menguasai hampir 300.000 hektar lahan - hutan hujan dan perkebunan. Lebih dari 30.000 hektar darinya sebenarnya milik 23 desa.

Komunitas Sihaporas sejak lengsernya diktator Suharto tahun 1998 menuntut tanah leluhurnya dikembalikan. Warga selalu menghubungi dinas yang berkepentingan dan perusahaan TPL, juga telah menandai wilayah mereka dengan memasang tiang pembatas dan tanda larangan masuk wilayah. Tetapi tanpa hasil.

AMAN Tano Batak telah berupaya membangun komunikasi dengan berbagai instansi, mulai dari Komnas HAM, Komnas Perempuan, Bupati, Kepolisian, hingga DPRD Kabupaten dan DPR RI. Tetapi tanpa hasil.

Toba Pulp Lestari harus ditutup!

Itulah tuntutan AMAN Tano Batak dan kelompok-kelompok lainnya di Sumatera Utara. „TPL kembali mengulangi tindakan kekerasannya di Tano Batak. Sudah banyak Masyarakat Adat yang menjadi korban. Ini saatnya pemerintah menutup TPL,” imbuh Jhontoni Tarihoran. 

„Sudah terlalu banyak masyarakat adat Batak telah menjadi korban kekerasan dari TPL“, ujar Pergerakan „Tutup TPL!“. Kasus penyerangan karyawan TPL terhadap Masyarakat Adat bukan pertama ini terjadi di Tano Batak. Di beberapa tahun belakangan in kekerasan terhadap masyarakat adat semakin besar. 

Menurut KontraS Sumut, setidaknya ada tujuh kali letusan konflik di tanah adat yang diklaim perusahaan sejak Maret 2024 hingga September 2025. Bentuknya beragam, mulai dari intimidasi, kriminalisasi, hingga kekerasan langsung.

Terutama ketika tokoh masyarakat adat yang terkenal yaitu Sorbatua Sialagan tahun lalu divonis hukuman penjara dua tahun, Pergerakan Tutup TPL! telah meluas hingga ke seluruh wilayah di provinsi Sumatera Utara.

Kekerasan di Sihaporas - kabar baik dari Simenakhenak

Desa tetangga Simenakhenak yang tanah tradisinya juga dicaplok oleh Toba Pulp Lestari, sebaliknya telah mendapatkan pengakuan sebagai masyarakat hukum adat - dengan dukungan Selamatkan Hutan Hujan dan AMAN Tano Batak. Desa ini telah mendapatkan kembali hak atas hutannya dengan luas lebih dari 252 hektar.

Silakan Anda baca laporan dari proyek AMAN Tano Batak dengan Selamatkan Hutan Hujan tentang reboisasi hutan adat Simenakhenak: Kebangkitan dari Tanah Leluhur, Merajut Kembali Masa Depan Hijau dan laporan dari kunjungan kami  ke Simenakhenak: Hutan Adat. Kesuksesan di Tano Batak yang membuat berani.

Toba Pulp Lestari dan APRIL

Toba Pulp Lestari berafiliasi dengan korporasi pulp dan kertas APRIL (Asia Pacific Resources International Limited) yang tergabung dengan Holding Royal Golden Eagle.

APRIL merupakan salah satu korporasi terbesar di dunia dan memproduksi kertas, pulp dan viskosa di Indonesia, Cina dan Brasil untuk pasar dunia.

Perusahaan milik APRIL Mayawana Persada kembali deforestasi di hutan orang utan Kalbar! Demi kertas!.

Hanya dengan perusakan hutan hutan dan seringnya kekerasan terhadap masyarakat adat maka ini akan memungkinkan kelancaran berbisnis pulp.

Tolong tanda tangani petisi kami Jangan berbisnis dengan perusahaan kertas APRIL!

 

  1. https://aman.or.id/news/read/2207 

    Mereka datang mengenakan seragam hitam-hitam sambil melengkapi diri dengan persenjataan parang (pisau) bengkok, alat-stik setrum, batang kayu, helm berkaca penutup wajah, tameng rotan dan sepatu lars.  Massa TPL ini diangkut 13 mobil dan tujuh truk mobil ke lokasi.

    Massa TPL yang datang ini diduga melibatkan karyawan perusahaan, Buruh Harian Lepas dan ada juga dugaan sejumlah preman dan intel polisi.

  2. https://aman.or.id/news/read/2207

    Seorang anak penyandang disabilitas juga dilaporkan dipukul di bagian kepala. Dari total korban, sepuluh orang mengalami luka serius, sementara 26 lainnya menderita luka memar dan lebam di kepala maupun badan.

  3. Karyawan perusahaan TPL melakukan penanaman eukaliptus disertai penyerangan dan pengerusakan rumah Masyarakat Adat di wilayah adat Dusun Natinggir pada 7 Agustus 2025.

  4. https://sumut.idntimes.com/news/sumatera-utara/sihaporas-berdarah-kontras-konflik-menahun-karena-negara-abai-00-f4z9n-ztk13w

    „Alih-alih menyelesaikan konflik secara adil dan bermartabat, pola kekerasan yang terus terjadi menunjukkan bahwa perusahaan beroperasi dengan menghalalkan praktik represif,” tegas Adhe Junaedy, Staf Opini Publik KontraS Sumut dalam keterangan tertulis, Selasa (23/9/2025).

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Petisi aktual, latar belakang dan informasi lanjutan

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!