E-Mobil Tesla: pabrik raksasa butuh tambang raksasa di Sulawesi
7 Okt 2020
Produksi mobil listrik membutuhkan sangat banyak bahan baku seperti nikel. Sekitar 32 kg nikel diperlukan untuk setiap baterai lithium bagi mobil kelas menengah. Untuk memastikan kebutuhan itu, bos Tesla Elon Musk menyerukan penggalian nikel di seluruh dunia. Ia berpikir berinvestasi usaha tambang di Indonesia.
“Dimanapun perusahaan tambang berada, tolong gali nikel lebih banyak lagi.“ Dengan seruan mendesak ini Elon Musk, bos perusahaan asal Amerika Tesla 1), ingin mengetuk industri pertambangan. „Tesla ingin beri Anda kontrak kerja yang besar sekali dengan waktu yang lama, jika Anda bisa menggali nikel secara efisien dan ramah lingkungan.“
Sejumlah besar metal dan bahan baku lainnya dibutuhkan untuk membuat mobil elektrik Tesla. Dengan pemerintah Indonesia, Tesla sedang melakukan pembicaraan awal tentang kemungkinan investasinya di industri nikel, demikian kantor berita Reuters 2). Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia
Di hutan di pulau Sulawesi dan Wawonii dibangunlah tambang nikel oleh perusahaan dari Cina dan perusahaan tambang Vale dari Brasil. Namun tambang ini berdampak sangat buruk bagi lingkungan dan penduduk yang hidup di sana 3). Ekosistim yang sangat beragam dirusak, sungai dan perairan pantai yang banyak ikannya tercemar, penduduk digusur dan diracuni 4). Operator tambang nikel sudah memohon pemerintah Indonesia agar diijinkan membuang limbah korosif dan logam berat di laut karang 5).
Awal tahun ini pemerintah Indonesia sebenarnya sudah menghentikan ekspor nikel mentah. Tapi bukan atas alasan lingkungan melainkan pertimbangan ekonomi untuk meningkatkan investasi di industri nikel dan produksi sendiri baterai lithium yang sudah siap jual.
September lalu pemerintah Indonesia telah menandatangani kerja sama dengan LG Chem dari Korea Selatan dan Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL) dari China untuk membangun pabrik baterai lithium 6). Kedua perusahaan ini adalah pemimpin pasar global di bidang produksi baterai.
Untuk bisa menekan harga dan memastikan pasokan bahan baku bagi perusahaan raksasanya 7), menurut laporan para analis, Elon Musk menimbang-nimbang untuk berbisnis tambang 8).
„Setiap kesulitan disepanjang rantai pasokan, baik itu di pertambangan, perkilangan atau pabrik baterai, akan menghambat pertumbuhan Tesla. Harga adalah faktor penentu dari ekspansi“, demikian Elon Musk.
Ia melihat Tesla sebagai pemimpin pasar global mobil elektrik dan ingin sebelum tahun 2030 untuk bisa memproduksi 20 juta mobil elektrik tiap tahunnya 9) sebagai tambahan juga truk elektrik. Di Grünheide, sebelah selatan Berlin, Tesla sedang membangun sebuah pabrik produksi mobil elektrik dan baterai yang diperlukan kendaraan itu.
Pada baterai lithium-ion biasa dengan kapasitas 50 kVh, seperti yang digunakan „mobil kelas menengah“ dari Tesla yaitu Model E (harga beli mulai dari 42.900 Euro!), terdapat sekitar 32 kg nikel, 11 kg kobalt, 10 kg mangan, 6 kg lithium serta lebih dari 50 kg grafit 10). Disamping itu bahan mobil ini (berat kosong 1847 kg) terdiri dari sejumlah besar baja, aluminium, tembaga dan bahan plastik serta berbagai bahan baku lainnya seperti logam khusus (contohnya Neodymium).
Semua bahan baku yang tersebar di seluruh dunia harus digali, dikirim dan dipersiapkan terlebih dahulu kemudian diolah dengan proses yang panjang untuk menjadi sel baterai dan bagian lainnya. Setiap proses membutuhkan sejumlah besar air dan energi, terutama minyak bumi dan listrik. Tapi selain itu dihasilkan pula limbah tambang, sampah dan perairan yang berjumlah besar.
Pertambangan merupakan sektor ekonomi yang penting di Indonesia. Dampaknya: alam dan sumber daya hidup manusia di kawasan pertambangan dirusak!
Contoh menyolok adalah tambangan nikel dan pembangunan smelter di Morowali – Sulawesi Tengah. Untuk pertambangan nikel, pelabuhan laut, jalan angkutan barang (jalan hauling) dan pabrik peleburan nikel (pabrik pemurnian mineral) dibangun. Hutan ditebang secara radikal, sungai-sungai dicemari serta lahan pertanian penduduk menjadi tidak subur.
Sejak tahun 2009, bencana alam terus terjadi akibat dari pertambangan dan penebangan hutan. Desa-desa mengalami banjir dan penduduk tidak bisa lagi memanen tanamannya. Mereka juga menderita ganguan kesehatan yang buruk, karena air tidak layak lagi untuk diminum dan menyirami ladang.
Kesimpulan: Mobil konvensional yang berbahan bakar bensin dan diesel sangat merusak lingkungan. Tapi mengganti kendaraan yang kini jumlahnya 900 juta itu dengan kendaraan elektrik akan lebih lagi merusak lingkungan dan iklim. Sebab miliaran ton bahan baku harus di gali dari perut bumi dan diolah.
Selamatkan Hutan Hujan menuntut politik dan ekonomi agar mendukung konsep mobilitas yang benar-benar ramah lingkungan.
-
https://www.metaltechnews.com/story/2020/07/29/tech-metals/is-elon-musk-considering-tesla-gigamines/289.html https://www.fr24news.com/a/2020/10/tesla-tsla-in-talks-with-indonesian-government-to-start-new-nickel-business.html
-
https://chinadialogue.net/en/business/11727-nickel-mining-resisted-in-indonesia-2/
-
https://www.reuters.com/article/us-autos-tesla-batteries-exclusive-idUSKBN22Q1WC