Tanpa perlindungan hutan hujan pandemi selanjutnya menunggu
14 Apr 2020
Pandemi Covid-19 disebabkan oleh manusia. Karena kita menjarah alam dan menebang hutan, patogen yang mematikan dapat lebih mudah dan lebih cepat menyebar. Para ahli memperingatkan, pandemi berikutnya bisa merenggut jutaan korban jiwa. Untuk menghindarinya kita harus konsekuen menjaga alam dan menghentikan kepunahan hewan.
Tidak diragukan dari mana asal COVID-19. Pasar hewan liar „Huanan Seafood Market“ di Wuhan yang menjual hewan seperti kucing musang dan trenggiling adalah tempat awal penyebaran virus tersebut. Virus, bakteri, jamur dan parasit yang bersirkulasi di hewan liar tidak bisa menginfeksi manusia lebih mudah dari pada di tempat pasar seperti ini. Aktivis lingkungan dan tenaga medis menuntut pasar satwa liar harus ditutup di seluruh dunia, penghentian konsumsi daging hewan liar dan pemberantasan penjualan hewan liar ilegal.
Berbagai penyakit yang mematikan manusia seperti Sars, Aids dan Ebola berasal dari hewan. Ini meliputi 60% semua penyakit menular, dimana 70% zoonosis ini berasal dari hewan liar.
Para ilmuwan memperingatkan pandemi berikutnya bisa merenggut jutaan korban jiwa. Hanya di Jerman saja pandemi virus Corona berikutnya bisa merenggut 7,5 juta korban jiwa hanya dalam waktu 3 tahun, demikian para ahli dalam „analisa resiko“ buat pemerintah Jerman. Skenario ini mengingatkan kepada krisis kini. Yang diduga adalah 10% korban jiwa. 10% korban jiwa di pandemi berikutnya berarti 26 juta korban jiwa di Indonesia saja.
Padahal dalam krisis korona ini tingkat kematian lebih rendah. Selain itu kini telah diambil tindakan pencegahan yang lebih seksama dari pada di dalam analisa resiko.
Penyebab kompleks selain pasar hewan liar untuk wabah penyakit menular: perusakan alam. Karena manusia menebang hutan, merusak iklim dan membunuh spesies langka, penyakit yang berjangkit bisa menyebar lebih luas lagi dari sebelumnya dan menyebabkan wabah yang menakutkan.
Di ekosistim yang masih alami, keaneka ragaman spesies bisa menghindari penyebaran virus. Semakin sedikit spesies, semakin tinggi bahaya akan penyebaran penyakit. Bila penyakit ini menulari manusia berarti epidemi berikutnya bahkan pandemi telah lahir.
Intervensi manusia ke hutan-hutan terpencil menyebabkan spesies terdesak. Sebelumnya spesies-spesies ini tidak pernah mengalaminya di alam yang masih utuh. Beberapa spesies bahkan merasa beruntung bila musuh-musuh alaminya lenyap.
Satu hal yang penting selain itu adalah habitat manusia dan hewan yang terus tumpang tindih. Jika kelelawar kehilangan habitatnya, maka mungkin mereka mencari habitat baru di kebun buah di desa-desa. Mereka tinggalkan buah-buahan yang sudah mereka gigit atau kotoran-kotoran mereka, hewan rumah atau manusia bisa terinfeksi. Dan akan tambah terinfeksi bila hewan-hewan itu diburu dan dimakan.
Untuk mengurangi resiko pandemi berikutnya kita harus konsekuen menjaga alam dan menghentikan kepunahan spesies. Banyak politisi seperti di Eropa dan di Amerika Serikat berpendapat begini. Sekarang harus diikuti tindakan. Bahayanya adalah banyak perusahaan besar seperti industri mobil atau minyak bumi memanfaatkan pandemi untuk menghindari peraturan lingkungan hidup dan menerima subsidi.