Orangutan Tapanuli termasuk dalam 25 primata yang sangat terancam punah
7 Okt 2019
Baru dua tahun lalu dinyatakan spesies tersendiri. Kini orangutan Tapanuli sudah masuk dalam „25 primata yang sangat terancam punah“. Habitat dari hanya 800 kera itu terancam rusak oleh adanya rencana pembangunan waduk dari perusahaan China.
Perusahaan negara Sinohydro akan membangun sebuah pembangkit listrik berkekuatan 510 MW di hutan Batang Toru di Sumatra Utara. Waduk ini direncanakan dibangun di wilayah yang sangat banyak dihuni orangutan. Akses jalan dan menara listrik akan membelah areal yang lebih besar lagi. Populasi masing-masing hewan akan terpecah-pecah. Aktivis lingkungan mau menghentikan bendungan Batang Toru dan menuntut: selamatkan orangutan tapanuli dan hutannya.
Aksi protes, petisi dan proses pengadilan telah gagal akibat ambisi pemerintah membangun beberapa pusat pembangkit listrik sebagai sumber energi terbarukan.
Selain itu kelangsungan hidup orangutan Tapanuli terancam sebab habitat mereka menjadi sempit karena pertambangan emas dan perkebunan ilegal. Selalu terjadi konflik dengan pihak yang telah melukai dan membunuh hewan. Peraturan perlindungan segera adalah penting untuk mencegah kepunahan spesies tersebut.
Hingga 2017 para ilmuwan mengira orangutan Tapanuli sebagai subspesies. Setelah analisa genom, bentuk tubuh dan tingkah laku, mereka berkesimpulan bahwa orangutan Tapanuli adalah spesies tersendiri.
Daftar „Primata dalam bahaya: 25 primata yang sangat terancam di dunia, 2018-2020“ yang dilangsir setiap dua tahun sekali antara lain oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) ini menunjukkan juga „Daftar merah spesies terancam punah“ .
„Primata dalam bahaya“ adalah seruan nyata untuk bertindak karena daftar ini menarik perhatian. 43 persen primata di seluruh dunia terancam punah (critically endangered und endangered). 12 dari 25 spesies yang paling terancam punah tidak termasuk dalam daftar tersebut sebelumnya.