Kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh: Selamatkan Rawa Tripa, Habitat Orangutan!

empat orang dengan spanduk besar #SaveRawaTripa di gedung Dinas Kehutanan Aceh Save Rawa Tripa! Cabut izin HGU! Selamatkan Orangutan! (© APEL Green Aceh)

2 Sep 2024

63.736 orang dari 154 negara menuntut: Menghentikan aktivitas perambahan dalam kawasan lindung gambut Tripa. Petisi "Selamatkan Rawa Tripa, Habitat Terakhir Orangutan!" diserahkan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh.

Rawa Tripa menjadi rumah bagi orangutan Sumatra dan ribuan flora dan fauna lainya

Karena urgensi pemulihan rawa gambut Tripa dan nasib orangutan, petisi untuk menyelamatkan orangutan dan lahan gambut di Rawa Tripa diajukan ke beberapa instansi, pada bula Agustus 2024 kepada Pemerintah Kabupaten Nagan Raya. Pada bulan September 2024, Yayasan Apel Green Aceh menyerahkan petisi juga di Banda Aceh ke lima instansi, yaitu:

  • Gubernur Propinsi Aceh
  • Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh
  • Sekretariat DPR 
  • Majelis Adat Aceh Wali Nangroe
  • Polda Aceh

APEL Green Aceh: Petisi didukung oleh lebih dari 65.000 orang dari 154 negara diserahkan kepada Pemerintah Aceh, DPRA, Kapolda Aceh dan Wali Nanggroe Aceh

Direktur Yayasan Apel Green Aceh, Rahmad Syukur, mengatakan aksi-aksi itu bertujuan mendesak DLHK Aceh segera meningkatkan status hukum perlindungan lahan gambut demi kelestarian orangutan, salah satu satwa kunci Sumatra yang hidup di kawasan Rawa Tripa.

"Penyerahan petisi ini dimaksudkan sebagai penyampaian aspirasi publik, meminta Pemerintah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh segera meningkatkan Status Kawasan rawa Tripa menjadi Kawasan Konservasi atau kawasan Lindung dan meminta Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mencabut Hak Guna Usaha (HGU) PT Kallista Alam dan PT Surya Panen Subur, yang masuk dalam kawasan lindung gambut," kata Syukur, Senin 2 September 2024.

Syukur menyebutkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2009 melarang budidaya dalam kawasan yang terdapat kubah gambut dengan kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter. Selain itu, Qanun Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Kabupaten Nagan Raya 2015-2035 pada Pasal 27 Ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa pemerintah berwenang mencabut HGU perusahaan yang masuk dalam kawasan Rawa Tripa.

Syukur juga akan memberikan petisi ini kepada pemerintah Aceh PJ Gubernur Aceh, Dewan perwakilan Rakyat Aceh, Kapolda Aceh dan juga ke beberapa kementerian yang terkait dalam tuntutan kita dalam petisi Selamatkan Hutan Hujan.

Direktur Selamatkan Hutan Hujan, Marianne Klute, menegaskan demi mengatasi perubahan iklim global, semua lahan gambut dan hutan rawa harus dilindungi. Karena tanpa perlindungan pasti, dunia tidak akan pernah mencapai tujuan iklimnya.

Marianne memaparkan Aceh memiliki tanggung jawab besar menyelamatkan dan restorasi hutan rawa gambut. Ia meminta Pemerintah Nagan Raya mengambil tanggung jawab ini dengan serius dan tidak mengorbankan keanekaragaman hayati, iklim, serta kehidupan generasi mendatang demi keuntungan atau reputasi.

Sebagai bentuk partisipasi publik, Yayasan Apel Green Aceh dan Selamatkan Hutan Hujan menggalang petisi ini melalui kampanye ‘Selamatkan Hutan Hujan Indonesia’, yang mendesak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aceh untuk mencabut HGU PT Kallista Alam dan PT Surya Panen Subur yang masuk dalam kawasan lindung gambut, sebagaimana diatur dalam Qanun Tata Ruang Nagan Raya,” jelasnya.

Marianne juga menyampaikan bahwa kami akan memberikan petisi ini ke beberapa Duta Besar Indonesia di Nagara benua eropa, agar pemerintah Indonesia harus lebih berkomitmen dalam menjaga Kawasan Lahan Basah.

#SaveRawaTripa

#cabutizinHGU

#SaveOrangUtanSumatra

#OrangUtanSumatra

Petisi Rawa Tripa dalam media

Beberapa Media menyebut penyerahan petisi. Díantaranya Radio Republik Indonesia Banda Aceh yang memberikan perhatian yang luas terhadap petisi ini dengan perbincangan bersama Direktur APEL Green Aceh, Syukur, dalam acara Mozaik Indonesia pada hari Minggu, 25 Agustus. @rri_pro1bandaaceh (Siaran langsung pukul 15.00-16.00 WIB)

Berita tentang program radio ini: Radio Republik Indonesia Daerah: 139 Negara untuk Selamatkan Rawa Tripa

Penyerahan petisi di Banda Aceh kepada Pemerintah, DLHK, DPRA, Wali Nanggroe dan Polda di media lokal:

Webinar / Ngobrol Asik Online

"Selamatkan Rawa Tripa, Habitat Terakhir Orangutan”, Webinar atau Ngobrol Asik Online, Forest Watch Indonesia, tanggal 4 September 2024, jam 14.00-16.00 WIB, bersama Rahmad Syukur dari APEL Green Aceh, Yusmadi Yusuf dari Aceh Wetland, Nasir Buloh dari WALHI Aceh, Malahati dari Korjuang Aceh.

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!