Penghargaan yang berarti untuk perjuangan masyarakat adat Awyu
10 Agu 2024
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menganugerahkan Tasrif Award 2024 pada masyarakat adat Awyu, Boven Digoel, dan masyarakat Rempang sebagai pengakuan atas perjuangan keadilan, membela hak atas tanah dan hutan adat.
Masyarakat adat Awyu dari Boven Digoel gigih mempelopori dan mendukung perjuangan keadilan, membela hak atas tanah dan hutan adat. Mereka melakukan aksi-aksi iklim membela lingkungan hidup dari ancaman perubahan iklim. Mereka berjuang demi putusan Mahmakah Agung yang adil, pelindungan hak masyarakat adat Awyu dan masyarakat global dari krisis ekologi dan krisis sosial.
Kini suku Awyu mendapat penghargaan yang berarti: Pada tanggal 9 Agustus 2024 Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menganugerahkan Tasrif Award 2024 pada perjuangan Tim Paralegal Cinta Tanah Adat Awyu, Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan dan masyarakat Rempang, Provinsi Kepulauan Riau.
Selamatkan Hutan Hujan mengucapkan selamat kepada suku Awyu dan senang bahwa mereka dengan gigih mempertahankan hutan hujan dari kerusakan.
Masyarakat Rempang di pulau Batam berjuang mempertahankan tanah kampung leluhurnya dari ancaman relokasi/ penggeseran.
Tema AJI tahun ini adalah „Membangun Resiliensi di Tengah Disrupsi Media dan Menguatnya Otoritarianisme”.
Tasrif Award adalah penghargaan yang diperuntukkan kepada perorangan maupun kelompok atau lembaga yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pers dan kemerdekaan berpendapat. Penghargaan ini dinamai dari Suwardi Tasrif, seorang pengacara dan jurnalis yang juga dikenal sebagai pejuang kebebasan pers. Karena dedikasinya, ia kemudian juga dikenal sebagai Bapak Kode Etik Jurnalistik Indonesia.
Tasrif Award adalah penghargaan yang diberikan oleh AJI sejak tahun 1998. Munir Said Thalib, Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), menjadi penerima Tasrif Award yang pertama.
Penghargaan ini pernah diberikan kepada Baiq Nuril, pegawai honorer SMA Negeri Matraman pada tahun 2019, yang berjuang melawan ketidakadilan; Herlambang Perdana Wiratman, Dosen Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, dan Project Multatuli pada tahun 2022; Fatia Mauldyanti, Koordinator KontraS dan Haris Azhar, aktivis HAM dan pengacara, pada tahun 2023.
Tim Paralegal Cinta Tanah Adat Awyu terdiri dari anggota suku Awyu yang membantu warga untuk mengerti hak dan hukum.