Heidelberg Materials kukuh membuat semen dari pegunungan Kendeng

Aksi protes di depan kedutanaan Jerman di Jakarta 2016 Demo masyarakat adat Samin di depan kedutaan besar Jerman di Jakarta (© JMPPK) Seorang petani di sawah yang terletak di kaki gunung Pegunungan karst Kendeng merupakan tempat penting bagi pertanian berkelanjutan dari „Sedulur Sikep“ (© JMPPK) Empat kaki dicor beton, dengan tulisan SAVE KENDENG Mencor kaki adalah bentuk aksi protes „Sedulur Sikep“ (© Marianne Klute/Rettet den Regenwald)

14 Mei 2024

Pada rapat pemegang saham Heidelberg Materials 16 Mei 2024, para aktivis berprotes di depan kantor pusat perusahaan di Heidelberg, Jerman. „Perusak iklim no.2 di Jerman“ ini ingin membangun pabrik semen di pulau Jawa. Kita sorot perjuangan panjang menentang perusakan pegunungan Kendeng - Jawa Tengah

Heidelberg Materials (hingga 2023: HeidelbergCement) sejak 10 tahun berencana membangun pabrik semen di pegunungan Kendeng - Jawa Tengah. Protes bertahun-tahun, proses pengadilan, petisi kami perusahaan Jerman merusak tanah air kami yang hingga kini berjumlah 202.583 tanda tangan dan berbagai aduan telah mencegah mulainya pembangunan.

Karena produksi semen menyebabkan banyaknya CO2 yang dilepas ke udara, perusahaan ini dicap sebagai „perusak iklim no.2 di Jerman“. Namun perusahaan tidak mau berhenti, bahkan memperkuat keberadaannya di Asia Tenggara dengan jalan menaikkan produksi semen dan mengejar target pertumbuhan tanpa perduli pada iklim dan penduduk yang tinggal di kaki pegunungan karst. Proses produksi semen yang kotor dibuang dari Jerman. 

Heidelberg Materials merupakan salah satu produsen semen terbesar di dunia. Sejak 2001 perusahaan ini yang dulunya bernama HeidelbergCement memiliki 51% saham Indocement. Indocement Tunggal Prakarsa merupakan produsen semen, beton dan agregat yang terkenal.

Sejak dulu penduduk melestarikan pengunungan karst Kendeng. Sebab pegunungan batu kapur ini memberi mereka air dan menjamin panen. Mereka berjuang tanpa henti, hingga kini. Peran penting dilakukan oleh masyarakat adat Samin „Sedulur Sikep“, terutama perempuannya. Masyarakat Samin hidup dari pertanian ekologis yang harmonis dengan alam dan menghormati Ibu Pertiwi.

Solidaritas internasional dengan tagar #SaveKendeng sangat besar, terutama di Jerman. Selamatkan Hutan Hujan sudah lama mendukung kampanye menentang perusakan lingkungan hidup untuk semen dan beton. Ada keberhasilan, ada juga kegagalan. Masalah Kendeng menunjukkan beratnya perjuangan pembela lingkungan hidup dan betapa lamanya waktu yang dibutuhkan hingga kampanye atau petisi sukses.

Pada kesempatan rapat pemegang saham 2024, kita lihat balik dan menyimpulkan: Pertambangan batu kapur di pegunungan Kendeng dan pabrik semen merusak ekosistem yang penting, menyebabkan emisi sangat tinggi dan menghancurkan eksitensi penduduk. Peningkatan produksi semen bagi hutan hujan merupakan penghancuran, sebab perluasan infrastruktur akan membuka akses menuju sumber daya alam (kayu tropis, mineral, lahan pertanian dll) ke wilayah yang lebih luas lagi hingga ke timur Indonesia. Produksi semen dan beton berada di atas penderitaan hutan hujan.

Perlawanan menentang pertambangan karst Kendeng untuk semen dan beton

2008: Penduduk di kabupaten Pati menang dalam proses pengadilan di Mahkamah Agung dalam gugatan pembangunan pabrik semen milik PT Semen Gresik.

2010: pemerintah membebaskan 5.000 hektar kawasan karst kepada beberapa perusahaan semen. Salah satunya Indocement, anak perusahaan HeidelbergCement.

2011: Penduduk memperkuat perjuangan dan mendirikan JM-PPK (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng). Mereka hingga kini terus berjuang menentang perusahaan dengan aksi-aksi yang unik seperti mencor kaki mereka.

2015: JM-PPK maju ke pengadilan menentang Indocement dan menang. Salah satu gugatannya: AMDAL yang tidak mengindahkan ekologi karst. Prosedur revisi tahun 2016 tidak berpihak pada kepentingan penduduk.

2016: Selamatkan Hutan Hujan atas permintaan masyarakat adat Samin membuat petisi  Perusahaan Jerman Heidelberg Materials merusak tanah air kami. Sebanyak 202.583 orang dari seluruh dunia telah menanda tangani petisi tersebut (Stand: 2024).

> Tolong tanda tangani, jika Anda belum menandatanganinya <

2016: Presiden Jokowi menugaskan pembuatan analisis lingkungan. Analisis lingkungan ini merekomendasi tidak adanya pertambangan di pegunungan karst, karena 35.000 jiwa bergantung pada air dari pegunungan tersebut. 

2016: Aksi Solidaritas dengan Kendeng di Berlin (Simponi - Sindikat Musik Penghuni Bumi, Selamatkan Hutan Hujan - Rettet den Regenwald, Watch Indonesia!) juga disebutkan di Wikipedia Indonesia: "sebuah perusahaan Jerman tidak harus berinvestasi dalam perusakan lingkungan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia, di negara manapun di dunia."

2017: Gunarti, petani dan wakil masyarakat adat Samin, datang ke Jerman. Pada rapat pemegang saham ia memberikan direktur utama perusahaan, yang pada saat itu bernama Bernd Scheifele, petisi menentang perusakan alam di Jawa dengan 110.000 tanda tangan pada saat itu. Bernd Scheifele sendiri menyatakan ragu pada perencanaan proyek.

2017: Kami melaporkan dalam Regenwald Report: Semen merusak hidup kami (bahasa Jerman: Zement zerstört unser Leben)

2018: Masyarakat adat Samin menerima penghargaan HAM Yap-Thiam-Hien, satu penghargaan tinggi bagi pelindung lingkungan hidup menentang pembetonan bumi.

2019: Radio Deutschlandfunk Kultur melaporkan tentang pertambangan semen dan perlawanan penduduk desa (bahasa Jerman) di pegunungan Kendeng.

2020: Penduduk pegunungan Kendeng menyerahkan gugatan terhadap HeidelbergCement kepada OECD National Contact Point di Jerman (bahasa Jerman: OECD Beschwerde gegen HeidelbergCement)

Dalam gugatan itu masyarakat adat Samin mengecam perusahaan bahwa perencanaan pembangunan pertambangan batu kapur dan pabrik semen mengancam mata pencaharian penduduk, sumber air dan ekosistem. 

Para penggugat menuntut HeidelbergCement untuk:

  • melakukan penilaian apakah proyek tersebut sesuai dengan hak asasi manusia dan hak atas lingkungan hidup dan untuk mengungkapkan penilaian independen ini (penilaian dampak lingkungan hidup dan hak asasi manusia);
  • menghargai HAM semua penduduk yang bersangkutan, termasuk hak atas persetujuan dari masyarakat adat Samin yang berdasarkan informasi di awal tanpa paksaan (Free, Prior and Informed Consent). Proyek tersebut harus berhenti bila tidak ada kesepakatan dari kedua belah pihak;
  • memastikan tidak ada ancaman kepada penduduk yang bersangkutan karena mereka menyampaikan pengaduan. 

Keterangan Pers: https://www.regenwald.org/files/de/presse/Deutsche%20PM%20Beschwerde%208Sept_FINAL.pdf 

Pengaduan ini juga didukung oleh Inclusive Development International, Yayasan Heinrich Böll, FIAN, Misereor, Watch Indonesia!, Yayasan Asienhaus dan Selamatkan Hutan Hujan.

Hingga kini OECD belum memberi keputusan tentang pengaduan masyarakat Samin. Secara hukum perusahaan tidak bisa beroperasi selama belum ada keputusan.

2022: Pembela lingkungan hidup Jerman mengirim Solidarity Messages kepada penduduk Kendeng dan gerakan #SaveKendeng.

2022: Organisasi Kritische Aktionäre mengajukan 44 pertanyaan pada HeidelbergCement: Mengapa HeidelbergCement mencuri sumber kehidupan masyarakat pegunungan Kendeng. Organisasi ini mengecam HeidelbergCement berbisnis gaya neo-kolonial dan perusak klima terbesar kedua di perusahaan-perusahaan DAX.

2022: HeidelbergCement merubah namanya: dari HeidelbergCement menjadi Heidelberg Materials

2023: Arbitrase OECD National Contact Point nampak gagal. Heidelberg Materials kukuh pada pendiriannya membangun pabrik semen dengan argumen, Mahkamah Agung telah menyatakan keabsahan AMDAL. Namun analisis yang mendasari pemberian izin tersebut, tetap dirahasiakan.

2023: Heidelberg Materials memperkuat keberadaannya di Indonesia dan lewat anak perusahaannya, Indocement, membeli 100% saham pabrik semen milik PT Semen Grobogan. Di situs Heidelberg Materials tertulis, perusahaan mengharap pertumbuhan pasar selanjutnya yangdidorong oleh bertumbuhnya pasar retail, wilayah industri yang berkembang dan proyek infrastruktur besar“. 

Dengan kata lain: Heidelberg Materials adalah penyebab sekaligus pengambil keuntungan dari perusakan lingkungan hidup. Pelabuhan-pelabuhan laut baru di timur Indonesia membuka selebar-lebarnya pemerasan kekayaan alam dan penebangan hutan hujan. Pembangunan puluhan tanur tiup dan pabrik peleburan membutuhkan tidak saja jumlah semen yang banyak, tapi juga bijih untuk bahan mentah penting seperti nikel, tembaga dan mangan. Pembangunan Ibu Kota Nusantara di atas tanah hutan rimba di Kalimantan akan menjadi kota beton yang diwarnai hijau.

2023: Penduduk Kendeng menyampaikan sebuah gugatan lingkungan hidup. Isinya mengenai ketidaksesuaian antara data dari AMDAL dan data setempat. Data AMDAL  menunjukkan terdapat 19 gua, 29 sumber dan 3 ponor. Sementara investigasi organisasi geologi ASC menunjukkan 30 gua, 110 sumber dan 9 ponor.

Dari November hingga Juli kabupaten Pati telah beberapa kali mengalami banjir. Suhu meningkat hingga 38 derajat bahkan lebih. Penyebabnya: Perusakan ekosistem karst di pegunungan Kendeng, ujar Dewi Candraningrum dalam sebuah interview dengan iz3w tentang hubungan antara kesehatan, iklim dan rencana Heidelberg Materials

2024: Tidak menjadi lebih hijau begitulah kesimpulan koran mingguan Kontext tentang „kurangnya keperdulian perusahaan pada masalah iklim“. Hal ini karena „kini Heidelberg Materials bisa memproduksi 30% lebih banyak semen dari pada 10 tahun lalu. Untuk itu  permintaan akan cadangan bahan mentah dari negara-negara lain bertambah.“

Bacaan selanjutnya:

Suara.com: Para pejuang Kendeng: sampai kapan pun kita tetap tolak pertambangan dan pabrik semen

Le Monde Diplomatique: Semen kotor. Kasus di Indonesia

 

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!