Perusahaan kertas APP ancaman bagi hutan hujan Indonesia

Topeng harimau Apakah yang tersisa dari harimau hanya topengnya yang terbuat dari bubur kertas? (© Rettet den Regenwald / Mathias Rittgerott) Pabrik pulp di Afrika Selatan Pabrik pulp (foto simbol) (© Rettet den Regenwald / Mathias Rittgerott) Diagram konsesi industri pulp di Sumatra, Kalimantan dan Papua Begitu banyak kayu untuk dibuat kertas, karton, pulp dan viskose yang berasal dari Kalimantan (2015-2022) (© trase insights)

24 Apr 2024

Perusahaan kertas asal Indonesia APP sejak puluhan tahun merusak hutan hujan dan rawa gambut, menghancurkan habitat orang utan dan harimau serta mengabaikan hak-hak masyarakat. Beberapa pelanggan APP telah memutuskan hubungan dagangnya. Tapi penebangan hutan malah semakin marak.

Apakah petisiStop berbisnis dengan perusahaan kertas APP“ yang hingga kini berjumlah 162.678 tanda tangan ada pengaruhnya dan telah mencapai target? Jawabnya ya dan tidak. Petisi ini mendesak investor dan pelanggan menghentikan hubungan dagang dengan APP, setelah beberapa organisasi lingkungan dan HAM memberi tuduhan keras terhadap pabrik kertas tersebut. (Tolong tanda tangani, bila Anda belum menanda tanganinya).

Kenyataan di beberapa tahun terakhir beberapa rekan dagang telah memutuskan hubungannya dengan APP. Walau begitu hampir tidak ada perbaikan di tempat. Meskipun perusahaan berjanji tidak lagi menebang hutan alami, tapi analisis membuktikan bahwa janji tersebut tidak ditepati. Malah APP semakin memperluas produksi dengan besar-besaran. Dari mana lagi datangnya bahan kayu yang diolah menjadi pulp, kertas, karton dan viskose, kalau bukan dari hutan?

APP - Asia Pulp & Paper termasuk ke dalam perusahaan-perusahaan kertas raksasa yang beroperasi internasional. Pabrik-pabriknya memproduksi setiap tahun, menurut Environmental Paper Network, lebih dari 19 juta ton pulp, kertas, kemasan karton dan viskose (Rayon, Modal). Produksi APP dijual dengan berbagai nama merek di lebih dari 120 negara. 

APP merupakan cabang pulp di imperium Sinar Mas. Seterusnya kelompok Sinar Mas merupakan perusahaan induk yang sangat besar dan aktif di bidang minyak sawit, pulp dan kertas, bank, agroindustri, telekomunikasi, properti dan pertambangan. 

APP sejak puluhan tahun terkait dengan perusakan masal hutan hujan, terutama habitat orang utan dan harimau sumatra. Anak perusahaan dari APP dan pemasoknya telah menebang habis hutan rawa gambut dan mengeringkannya. Hal ini menghasilkan gas emisi yang luar biasa tinggi. APP dituduh banyak melanggar HAM. Ada banyak laporan dan studi tentang penindasan dan kekerasan terhadap masyarakat.

Ratusan desa sebagiannya terletak di tengah hutan dan perkebunan eukaliptus  yang dianggap konsensi (HPH, HTI) APP dan anak perusahaan APP. Ini bersumber dari laporan tentang pemetaan konflik (Conflict Mapping) yang dipublikasikan tahun 2020. Sedikitnya 107 desa berkaitan langsung dalam konflik tersebut.

Kertas dan industri pulp di Indonesia dari tahun 1990 hingga 2000 bertanggung jawab besar atas penebangan hutan hujan di Sumatra. Sejak itu kayu dari Hutan Tanaman Industri (HTI) eukaliptus dan akasia semakin banyak diolah di pabrik-pabrik besar pulp. Nyata bahwa industri kertas tidak lepas dari penebangan hutan alami dan tidak melestarikan hutan primer. 

Berkat tekanan publik dan kampanye dari berbagai organisasi lingkungan hidup, diantaranya Selamatkan Hutan Hujan, beberapa produsen dan pembeli telah menjanjikan kertas yang „bebas hutan alami“ atau „tanpa deforestasi“. Begitu juga dengan APP. Perusahaan ini pada Februari 2013 telah mengumumkan Forest Conservation Policy (FCP) dan menjanjikan tidak lagi menebang hutan alami. Hal ini bagi banyak pelindung lingkungan dan HAM yang telah bertahun-tahun bergiat menentang perusakan oleh industri pulp sebagai keberhasilan bagi hutan hujan. Tingkat deforestasi oleh industri kertas menurut data dari Trase berkurang selama beberapa tahun. 

Tapi sejak perusahaan Sinar Mas/APP pada akhir 2016 telah mengoperasikan sebuah pabrik besar berikutnya di Sumatra Selatan, tingkat produksi pulp di Indonesia naik sekitar 46 %. Analisis Trase Earth terbaru dari penilaian foto satelit, berdasarkan dari platform monitoring The Tree Map, menunjukkan dengan jelas bahwa sejak 2017 industri kertas di Indonesia menebang hutan hujan lebih banyak dibanding sebelumnya - ini adalah perkembangan yang mengerikan!

Penyebabnya adalah besarnya kenaikan konsumsi dunia akan pulp dan produk yang dihasilkannya seperti kertas, karton dan serat viskose. Karena tingginya permintaan, pihak industri di Indonesia menaikan produksinya - dengan terus memperbanyak penebangan hutan hujan.

Bahan kayu 98 persennya diperoleh dari Kalimantan, demikian LSM Auriga. 

Tuntutan kami pada investor, rekan bisnis dan pembeli tidak berubah:

Stop berbisnis dengan APP, anak perusahaan dan pemasoknya, karena tidak ada perbaikan yang signifikan disepanjang keseluruhan rantai produksi.

Kami juga mendesak Anda sebagai konsumen untuk jelas

Mengurangi konsumsi kertas dan kemasan karton!

Untuk bacaan selanjutnya:

WALHI: Ekspansi perusahaan Pulp and Paper APP dan APRIL di Indonesia: lebih banyak deforestasi dan kekerasan

Jikalahari: Sinarmas Grup Menadah dan Menampung Kayu Alam dari Sumber Ilegal

Rainforest Action Network

Mongabay: Reversing progress. Indonesia pulp & paper drives up deforestation rates again

Environmental Paper Network: Asia Pulp and Paper APP 

Mongabay: Report alleges APP continues deforestation – 10 years after pledge to stop

ICIJ: NGOs call for Forest Stewardship Council to cut ties with Canadian Pulp and Paper giant

Halifax Examiner: How an email from China triggered an international investigative journalism project

Auriga: Pulping Borneo


  1. perusahaan-perusahaan kertas raksasa yang beroperasi internasional

    Sektor produksi pulp dan kertas di Indonesia didominasi oleh dua kelompok: Sinar Mas Grup dengan perusahaan pulp yang tergabung dengannya Asia Pulp & Paper (APP) dan Royal Golden Eagle dengan perusahaan pulpnya Asia Pacific Resources International Ltd (APRIL). 95 persen pulp di Indonesia diproduksi oleh APP dan APRIL. Setengah dari produksi untuk ekspor dan tiga perempat dari ekspor di kirim ke China.

  2. Analisis Trase Earth

    Conservation Economics Lab, Woods & Wayside International, TheTreeMap, Stockholm Environment Institute, & Global Canopy. (2023). Deforestation surge ends a decade of progress for Indonesia’s pulp sector. Trase. https://doi.org/10.48650/KWRA-E756

  3. sejak 2017 industri kertas di Indonesia menebang hutan hujan lebih banyak dibanding sebelumnyaMenurut analisis dari Trase, tingkat penebangan hutan antara 2017 dan 2022 telah meningkat lima kali lipat!

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!