Hentikan perluasan tambang nikel di Blok Tanamalia, Sulawesi!

Spanduk besar "Hapus Konsesi PT Vale Indonesia" Masyarakat Loeha menuntut "Hapus konsesi PT Vale Indonesia!".... (© WALHI Sulsel) emapt laki-laki dengan spanduk ... dan "Selamatkan hutan hujan dan sumber kehidupan masyarakat Loeha Raya!" (© WALHI Sulsel)

19 Apr 2024

Petani Loeha gelar aksi tuntut pelepasan konsesi kawasan Tanamalia di rapat umum pemegang saham PT Vale Indonesia di Jakarta tanggal 19 April 2024. Konsesi pertambangan PT Vale Indonesia di Tanamalia akan merugikan perekonomian masyarakat dan lingkungan di Loeha Raya.

Bertahun-tahun, para petani desa Loeha dan Ranteangin, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, telah menolak perluasan tambang nikel oleh PT Vale Indonesia di kawasan Tanamalia, sampai ke hutan dan kebun merica mereka.

Tanamalia yang menjadi wilayah konflik Vale dengan warga, terdiri dari kawasan hutan sebesar 53%, perkebunan merica 9%, dan konsesi PT Vale Indonesia sebesar 38%.

Tanamalia di pegunungan Lumereo-Lengkona merupakan wilayah penyangga air bagi keberadaan hutan hujan yang masih utuh dengan banyak pohon besar.

„Keindahan serta jasa lingkungan Danau Lantua, sumber mata air masyarakat, aliran sungai, eksistensi hutan hujan di Tanamalia, hingga sumber penghidupan masyarakat Loeha Raya kini terancam aktivitas pertambangan nikel PT Vale Indonesia,” jelas seorang petani bernama Slamet.

Ali Kamri, perwakilan petani Loeha Raya, menyatakan bahwa masyarakat meminta pemerintah untuk mencabut izin PT Vale Indonesia, yang merupakan salah satu perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia.

„Kami sudah sejahtera karena merica, maka seharusnya pemerintah melihat itu dan tidak memberi izin kepada PT Vale Indonesia untuk mengambil perkebunan yang telah lama kami olah. Kami berharap presiden dan para pemilik saham PT Vale Indonesia untuk

menghapus konsesi pertambangan PT Vale Indonesia di Tanamalia karena akan sangat merugikan perekonomian masyarakat dan lingkungan di Loeha Raya.”

Warga telah berkali-kali melakukan protes, menulis surat dan berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak pernah memberikan persetujuan untuk perluasan tambang di Tanamalia.

Jumat 19 April 2024, sejumlah petani merica dari Desa Loeha dan Ranteangin melakukan aksi lagi – kali in di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Vale Indonesia di Hotel Alila SCBD Jakarta.

Dalam aksinya, perwakilan petani lada menunjukan poster-poster tuntutan di depan ruang rapat yang sementara berlangsung. Mereka menuntut agar PT Vale Indonesia dan para pemegang sahamnya menghentikan rencana perluasan tambang di Blok Tanamalia. Selain itu, mereka juga menuntut agar PT Vale Indonesia mengeluarkan Blok Tanamalia di Desa Loeha dan Ranteangin dari konsesi Vale Indonesia.

Menurut salah seorang petani bernama Ali Kamri, aksi yang ia lakukan bersama perwakilan petani lada tersebut bertujuan untuk memperlihatkan tuntutan masyarakat Loeha kepada pemegang saham PT Vale Indonesia. Karena sudah lebih satu setengah tahun masyarakat Loeha menuntut agar PT Vale Indonesia tidak memperluas kegiatan tambangnya hingga ke Blok Tanamalia yang merupakan area pertanian lada dan bentang alam hutan hujan.

„Desakan dan permintaan masyarakat, khususnya petani lada di Loeha dan Ranteangan telah dilakukan sejak tahun 2022. Permintaan utama masyarakat kepada PT Vale Indonesia adalah mengeluarkan blok Tanamalia dari konsesi PT Vale Indonesia dan menghentikan ekspansi tambang nikel di perkebunan lada dan ekosistem hutan hujan di Loeha Raya."

Ali Kamri, petani lada Loeha Raya yang datang langsung dari Sulawesi Selatan ke Jakarta berujar bahwa aksi yang mereka lakukan ini merupakan aksi untuk menyelamatkan eksositem hutan hujan, sumber air dan sumber kehidupan masyarakat di Loeha Raya.

„Kami datang dari Sulawesi Selatan ingin bertemu langsung dengan para pemegang saham PT Vale untuk menyampaikan tuntutan dari para petani dan perempuan di Loeha Raya", ujarnya.

Selain itu, ia juga menambahkan bahwa Blok Tanamalia atau lokasi yang akan di tambang oleh PT Vale Indonesia merupakan lahan produktif dan sumber penghidupan utama di lima desa. Sehingga bila PT Vale Indonesia menambang area tersebut, maka tidak hanya ribuan petani yang menderita, akan tetapi belasan ribu buruh tani, pedagang di Loeha Raya akan jatuh miskin dan hidup menderita.

„Tidak cuman lahan produktif dan sumber penghidupan bagi puluhan ribu orang, Tanamalia juga merupakan bentang alam eksosistem hutan dan sumber air bersih kami. Maka dari itu, kami cuman punya satu tuntutan yakni hapuskan Blok Tanamalia dari Konsesi PT Vale Indonesia", terangya.

Aksi tuntutan petani Loeha di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Vale ini berlangsung damai. Aksi berlangsung pada pukul 03.00 hingga 05.00 sore. Selain itu, beberapa pemegang saham PT Vale Indonesia yang hadir dan melihat aksi petani Loeha turut memberi dukungan dan semangat kepada Ali Kamri dan petani lainnya.

Tidak hanya itu, hadir juga Direktur WALHI Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin dalam aksi tersebut.

*****************

Informasi lebih lanjut:

https://www.hutanhujan.org/updates/12031/perempuan-perempuan-tangguh-sulawesi-menentang-pertambangan-nikel

https://www.mongabay.co.id/2024/02/01/aliansi-sulawesi-tampik-klaim-dampak-positif-hilirisasi-nikel/

https://www.mongabay.co.id/2023/10/23/walhi-sulsel-sebut-nilai-valuasi-ekonomi-tanamalia-luwu-timur-rp36-triliun-per-tahun-vale-itu-perambahan-hutan/

Bahasa Inggris:

https://walhisulsel.or.id/4290-loeha-raya-pepper-farmers-association-denies-pt-vale-indonesia-publication-community-in-loeha-never-agrees-on-mining-in-tanamalia/

https://www.business-humanrights.org/en/latest-news/indonesia-csos-issue-letter-to-vale-investors-concerning-sorowako-nickel-projects-environmental-social-human-rights-issues/

https://foejapan.org/en/issue/20240227/16345/

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!