Hannover Messe 2023: Tidak Ada Investasi Berkelanjutan dan Teknologi Ramah Lingkungan yang Dilakukan Melalui Eksploitasi SDA serta Mengorbankan Hutan Hujan dan Masyarakat
17 Apr 2023
Sebagai negara mitra Hannover Messe, Indonesia dinilai sebagai negara yang sangat strategis. Soal investasi yang berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam di Indonesia, Aliansi Sulawesi memperingatkan: kehidupan masyarakat adat, petani dan perempuan akan semakin buruk dan miskin.
Pada tanggal 17 hingga 21 April 2023, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menghadiri pertemuan bisnis dan pameran teknologi industri Hannover Messe 2023, di Jerman. Pameran dagang atau bisnis tersebut juga akan dihadiri oleh perwakilan 470 perusahaan dari Indonesia dan perwakilan 7.000 pengusaha dan asosiasi pengusaha dari berbagai negara.
Pada dasarnya, pameran teknologi industri ini bertujuan untuk mempercepat penerapan atau transformasi teknologi pada industri dan meningkatkan investasi di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia.
Sebagai negara mitra Hannover Messe, Indonesia dinilai sebagai negara yang sangat strategis. Alasannya pertama, Indonesia memiliki sumber daya alam, khususnya mineral yang sangat melimpah. Kedua, lahan dan hutan Indonesia yang masih luas. Dan yang ketiga, tenaga produktif Indonesia juga sangat besar. Ketiga alasan ini menjadikan pemerintah Indonesia sebagai pihak yang sangat penting khususnya untuk mempercepat penerapan teknologi industri dan meningkatkan investasi eropa dan global di Indonesia
Sementara bagi Indonesia sebagai negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya sangat bergantung pada investasi juga akan memanfaatkan pameran teknologi industri dan pertemuan bisnis Hannover Messe ini sebagai kesempatan yang berharga untuk memamerkan seluruh kekayaan mineral di Indonesia, serta tanah dan hutan yang luas, agar perusahaan-perusahaan Eropa tertarik berinvestasi di Indonesia.
Selain itu, kami memprediksi bahwa Presiden Jokowi akan menyampaikan perubahan-perubahan kebijakan di Indonesia, seperti terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja yang pada prinsipnya memberikan kemudahan investasi dan insentif pajak bagi pengusaha Eropa yang mau berinvestasi dan mendukung rencana pemerintah membangun industri pengolahan sawit baru, industri kertas, industri pengolahan nikel hingga industri pertanian di Indonesia.
Sehingga pameran teknologi industri Hannover Messe di Jerman tahun ini pada dasarnya merupakan pertemuan strategis bagi pemerintah-pengusaha Indonesia dan pemerintah-pengusaha Eropa untuk mengembangkan kerjasama investasi yang berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam di Indonesia.
Aliansi Sulawesi, salah satu kumpulan organisasi pembela lingkungan hidup dan HAM di Indonesia menilai perlu berpartisipasi dan memberi masukan sekaligus alarm, baik kepada pemerintah Indonesia maupun kepada perusahaan-perusahaan Eropa, khususnya Jerman agar investasi dan transformasi teknologi industry tetap memperhatikan aspek keberlanjutan hidup masyarakat dan lingkungan.
Atau dengan kata lain agar rencana investasi dan penerapan teknologi industri Eropa di Indonesia tidak menghancurkan ekosistem esensial, seperti hutan hujan. Dan yang paling penting tidak membuat masyarakat adat, petani dan perempuan yang miskin semakin miskin.
Koordinator Aliansi Sulawesi, Muhammad Al Amin menyebut bahwa saat ini aktivitas bisnis ekstraktif, khususnya perkebunan sawit di Pulau Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi telah secara nyata mengkonversi 20 juta ha hutan Indonesia. Selain itu, hampir 20 juta orang kehilangan pekerjaan, tanah dan akses terhadap hutan, bahkan hidup ditengah-tengah konflik agraria.
Kini, pemerintah Indonesia sedang berambisi untuk membangun ekosistem kendaraan listrik yang saat ini tengah tren di global. Sementara material dasar kendaraan listrik tersimpan di bentang alam hutan hujan Pulau Sulawesi dan Maluku Utara. Maka sudah dapat diprediksi bahwa investasi dan proyek pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia akan semakin mendegradasi hutan hujan di Pulau Sulawesi dan Maluku Utara. Maka ini sama halnya bahwa pemerintah Indonesia sedang memperluas perusakan hutan hujan di Indonesia.
Berdasarkan catatan Aliansi Sulawesi saat ini saja, bisnis pertambangan dan peleburan nikel yang sedang beroperasi di Pulau Sulawesi, tidak hanya telah merusak puluhan ribu hektar hutan hujan, melainkan telah meracuni ekosistem sungai, danau dan sumur masyarakat. Oleh karena itu bila investasi pertambangan dan peleburan nikel semakin massif, maka masyarakat adat, petani dan perempuan, bahkan hidup saya akan semakin buruk dan miskin.
Melihat potensi dampak ekologis dan sosio-ekonomi masyarakat yang semakin luas akibat rencana investasi Eropa, khususnya Jerman di Indonesia, maka kami Aliansi Sulawesi perlu mengingatkan dan menghimbau perusahaan-perusahaan Eropa, khususnya perusahaan Jerman untuk tidak berkontribusi dan menjadi pelaku langsung maupun tidak langsung terhadap degradasi lingkungan, khususnya hutan hujan, serta pemiskinan masyarakat adat, petani dan perempuan di Indonesia.
Investasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat dari perusakan alam, termasuk perusakan hutan hujan adalah kesalahan yang fatal. Sehingga kami mewakili masyarakat terdampak bisnis ekstraktif di Indonesia menghimbau kepada perusahaan-perusahaan Eropa, termasuk Jerman untuk tidak merusak bumi kita. Tidak menjadi perusak bagi rumah, dan sumber kehidupan masyarakat adat di belahan dunia, khususnya di Indonesia.
Terakhir, kami juga berharap kepada seluruh masyarakat di Eropa, tidak terkecuali di Jerman. Kepada mahasiswa, petani, guru/dosen, perempuan, aktivis, pengacara, karyawan swasta dan lainnya agar terus mendukung upaya penyelamatan alam, khususnya hutan hujan di seluruh dunia. Karena dengan menyelamatkan hutan hujan di berbagai belahan dunia, khususnya di negara-negara selatan, sama halnya kita melindungi hidup dan sumber kehidupan semua masyarakat di dunia, tidak terkecuali masyarakat di benua Eropa.
Aliansi Sulawesi:
WALHI Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin
WALHI Sulawesi Tengah, Sunardi Katili
WALHI Sulawesi Tenggara, Andi Rahman R