Penjaga Xingu di Brazil
1 Feb 2022
Di wilayah Amazon virus corona benar-benar menimpa. Sebagian karena lockdown berbulan-bulan telah membuat kerja LSM mitra kami sangat terganggu. Krisis politik seperti di Peru telah membuat situasi semakin keruh dan menjadikan keadaan jadi kacau.
Di wilayah Amazon virus corona benar-benar menimpa. Sebagian karena lockdown berbulan-bulan telah membuat kerja LSM mitra kami sangat terganggu. Krisis politik seperti di Peru telah membuat situasi semakin keruh dan menjadikan keadaan jadi kacau. Di Brazil Presiden yang terkenal radikal kanan dan populistis Jair Bolsonaro menganggap enteng Covid-19 serta menghalangi dan mencegah peraturan perlindungan. Di banyak tempat sistem kesehatan negara kacau balau yang mana sejak sebelum pandemipun sudah sering kritis dan tidak tersedia dengan menyeluruh.
“Suami teman kerja saya meninggal dan sebagian besar para pemimpin di desa-desa telah terinfeksi virus”, demikian Verena Glass dari LSM lingkungan lokal Xingu Vivo di Brazil. Sejak air dari sungai Xingu dialihkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Air yang besar Belo Monte melalui saluran-saluran maka seluruh sungai yang panjangnya 130 kilometer kering. Penduduk yang dulunya hidup dari menangkap ikan dan bertani skala kecil di sepanjang teluk sebelum masa pandemipun sudah hidup susah. Xingu Vivo bergabung bersama mereka memperjuangkan tempat tinggalnya. Malah dulu ada bencana kelaparan. “Setelah seruan Kementrian Dalam Negri kami selama sembilan bulan telah membagikan keranjang berisi makanan pokok kepada 1180 keluarga yang tinggal di kedua sisi sungai Xingu”, ujar Verena Glass.
Masalah selanjutnya: perusahaan pertambangan asal Kanada Belo Sun ingin membangun di sana pertambangan emas terbuka yang terbesar di Brazil. Ibu Glass mengakui bahwa konflik lahan telah bertambah meruncing. Selalu bertambah tindak kekerasan bahkan ancaman pembunuhan. “Kami ingin membangun di desa-desa sebuah jaringan kelompok yang berkeja sama menjadi pengawas Xingu”, demikian Verana Glass.
Juga di Ekuador pekerjaan selama masa pembatasan akibat pandemi jadi sulit. Felipe Bonila dari Acción Ecologica mengeluh: “Bagi kami itu benar-benar sebuah odise untuk bisa masuk ke wilayah masyarakat adat. Sebaliknya penebang pohon, perusahaan minyak dan pertambangan bisa terus bekerja tanpa halangan. Pemerintah telah menggolongkan mereka sebagai pihak penting. Dengan begitu mereka dapat bergerak leluasa dan membawa virus ke dalam wilayah hutan hujan”.
Ekuador: Pengadilan mengesahkan hak tanah
Oleh karena masyarakat adat Sápara menentang rencana pertambangan minyak di teritoriumnya, Kementrian Pertanian ingin membagi hutan hujan masyarakat adat Sápara. Hal ini membuat jalan terbuka bagi perusahaan Cina Andes Petroleum yang sudah memiliki dua konsesi usaha di Sápara. Komunitas masyarakat adat telah menentang, menggugat dan akhirnya mendapatkan haknya: Kementrian harus mengembalikan sertifikat tanah kepada masyarakat adat, demikian keputusan pengadilan Provinsi di Puyo.