Dengan peta wilayah, hak-hak masyarakat adat terlindungi
Pembela hutan Matek Geram berjuang bagi hak-hak masyarakat adat Iban. Ia memetakan tanah adat suku Iban agar hak-hak tanah mereka terjamin.
Ikhtisar proyek
Topik proyekManusia
Tujuan proyek Masyarakat adat memetakan wilayah mereka dan berusaha mendapatkan sertifikat tanah
Kegiatan Pemetaan, informasi untuk desa-desa, proses pengadilan
Dengan alat GPS di tangan, Matek Geram berjuang bagi hutan hujan. Ia berjalan dengan sepatu bot karet di tengah-tengah hutan rimba. Meski mukanya berkeringat, tapi ia tetap konsentrasi pada alat GPS itu. Titik koordinat yang akurat merupakan senjata yang tepat untuk melawan penebang kayu dan perusahaan perkebunan yang kejam.
Matek Geram termasuk dalam kelompok masyarakat adat Iban di Malaysia. Ia seorang pemberani dengan usia di awal 40. Di belakang rumah kayu sederhananya yang berdiri di pinggir sungai Lemai di negara bagian Sarawak, bergelantungan monyet bekantan di pohon.
Kadang-kadang di malam hari Matek berkeliling dengan perahunya untuk menunjukkan anak-anaknya keindahan alam sekitar. Ironisnya, alam yang masih tersisa.
Dulu Sarawak tertutup oleh padatnya hutan hujan dan gambut. Banyak sekali burung rangkong dan orangutan Kalimantan yang dulu hidup disana. Sungai-sungai yang penuh dengan ikan berfungsi sebagai sarana lalu lintas. Namun keharmonisan ini menjadi masa lalu. Penebang pohon telah menebang di wilayah yang luas dan perusahaan minyak sawit telah menjadikannya perkebunan sawit bagai tanpa ujung. Mereka belum pernah memperdulikan alam, juga hak-hak masyarakat adat sungguh kurang diperhatikan.
Suku Iban dimana Matek bagian darinya, hidup dari dulu harmonis dengan alam. Hutan adalah milik mereka, sumber kehidupan dan penghasilan mereka serta apotik hidup dan tempat spiritual mereka. Sayangnya hak-hak tradisi atas lahan sebagian besar tidak bersertifikat. Tanpa sertifikat, perusahaan-perusahaan akan mudah merampas tanah mereka.
Peta adalah dasar untuk menjamin hak-hak atas hutan
Disini Matek dan Perhimpunan Suku Iban di Sarawak (SADIA) aktif: Mereka bekerja untuk menjamin hak atas lahan masyarakat adat dan mendapatkan dokumen resmi. Sertifikat sering menentukan bagaimana efektif masyarakat adat melindungi hutan leluhurnya juga di masa depan.
Untuk itu Matek berjuang dengan peralatan modern: GPS, handphone dan whatsApp untuk melawan bisingnya mesin gergaji dan perampasan lahan dengan kekerasan. Handphonenya berdering terus. Banyak korban perampasan lahan dan perusakan lingkungan ingin menjumpai dia.
“Paling seringnya saya berkomunikasi lewat whatsapp”, ujar Matek sambil men girimkan foto dan data GPS kepada rekannya. “Di sebagian besar waktu, handphone saya adalah kantor saya”.
Jika ia kembali ke kota Mukah setelah berhari-hari berada di desa-desa dan hutan, ia langsung sibuk dengan computer . Dengan semua data yang diperoleh ia membuat peta. Peta itu menunjukkan hutan, sungai dan bukit mana saja milik suku Iban sejak dulu. Dalam banyak proses, dokumen-dokumen ini telah berfungsi sebagai bukti. Dalam workshop Matek memberikan pengetahuannya tentang hak atas lahan tradisi dan bagaimana orang menerapkannya. Ia juga mengorganisir pertemuan-pertemuan di rumah panjang.
Matek adalah lelaki pemberani. Lebih dari sepuluh kali ia ditangkap dengan dalih yang tidak jelas dan berhari-hari ditahan. “Perusahaan-perusahaan tersebut tidak suka saya”, ujarnya. Benar saja! Atas alasan keselamatan ia sering dikawal oleh saudarnya Tambi dan temannya Salim Metang. Ia juga selalu dipanggil agar penduduk desa dibebaskan dari tahanan polisi.
Kemitraan dengan Matek dan SAIDA
Selamatkan Hutan Hujan sejak 2016 mitra dekat dengan SADIA. Kami membiayai kantor mereka di Mukah yang telah berkembang menjadi pusat informasi bagi penduduk desa yang ingin bertanya sekitar hak atas lahan. Matek menggunakan bantuan kami untuk melakukan pemetaan, proses persidangan dan workshops, juga untuk membeli peralatan tehnik seperti GPS. Ketika perahunya terbalik dan motor tempelnya hilang, kami segera berada di sisinya.
Matek menjadi seorang teman yang baik. Berkali-kali dari hutan rimba ia mengirim pesan lewat whatsapp. Kadang-kadang pesannya pribadi, tapi seringnya foto-foto dan videonya mendokumentasikan perusakan lingkungan. Tapi Matek juga menyampaikan sesuatu yang menggembirakan: Foto-foto alam yang indah, pohon-pohon yang tinggi besar, aliran-aliran sungai dan air terjun.
Momen-momen ini memotivasinya. “Saya cinta hutan. Tanpanya kita tidak punya masa depan”.
Latar belakang: Peran masyarakat adat bagi pelestarian hutan
Bagi pelestarian alam di seluruh dunia peran masyarakat adat sangat penting. Kebanyakan mereka adalah penjaga hutan terbaik.
Terutama nilai-nilai budaya dan pengetahuan tradisi menjadi alasannya. Oleh karena itu pengetahuan ini, tradisi dan bahasa harus dihidupkan kembali dan dibantu. Yang lagi perlu diperhatikan adalah peran perempuan dan dialog antar generasi. Yang menjadi titik perhatian adalah hak-hak atas lahan kolektif dan yang terjamin. Namun pengakuan dari pemerintah masih sangat kurang: Baru hanya sebagian kecil saja wilayah adat yang diakui secara resmi. Tapi perlu diingat bahwa hak-hak atas lahan saja tidak bisa mencegah konflik kekerasan, jika negara lalai menghormati mereka.
Jika Anda ingin mendukung tujuan ini dengan donasi, silahkan klik “Pembela hutan hujan”.