Larang dana untuk penggusuran dan pelanggaran HAM di Tanzania
Kami akan pergi ke Bank Dunia di Washington dan menyerahkan petisi ini secara langsung. Pemerintah Tanzania atas nama perlindungan alam dan pariwisata ingin menggusur lebih dari 20.000 penduduk agar luas wilayah Taman Nasional Ruaha bisa dilipat gandakan.
Berita & update seruanKepada: Presiden Bank Dunia Ajay Banga
“Pemerintah Tanzania atas nama perlindungan alam, menggusur lebih dari 20.000 penduduk. Akhiri keterlibatan bank dunia.”
Selamatkan Hutan Hujan menghadir Spring Meetings Bank Dunia 15 s/d 20 April di Washington dan menyerahkan petisi!
Bank Dunia mendanai sebuah proyek perlindungan lingkungan hidup di Tanzania, namun tersangkut dalam pelanggaran HAM berat. Institut Oakland di dalam laporan terbarunya Unaccountable & Complicit menuding bank yang didanai dari pembayar pajak ini, bahwa bank dunia „memungkinan“ terjadinya penggusuran, pemerkosaan dan pembunuhan.
Skandal ini berkisar di Taman Nasional Ruaha. Kawasan lindung di jantung Tanzania ini merupakan habitat jutaan hewan sabana, mulai dari antelop hingga zebra dan hotspot bagi burung-burung. Banyak bangau putih yang melewati masa musim dingin di Eropa di sini.
Untuk mendorong pariwisata, pemerintah berencana melipat gandakan luas taman nasional tersebut dari satu menjadi dua juta hektar dan memperkuat tenaga pengamanan. Bank Dunia dengan program REGROW senilai 150 juta US-Dollar membantu rencana ini. Pada Oktober 2022 Menteri Angelina Mabula mengumumkan penggusuran lebih dari 20.000 penduduk.
Proyek REGROW tidak mengurusi perlindungan alam, melainkan pembiayaan bank pada model pertumbuhan ekonomi yang represif dan penuh kekerasan
demikian Anuradha Mittal, direktur eksekutif Institut Oakland.
Menurut Institut Oakland, penduduk menuduh ranger yang dibiayai bank atas peristiwa pembunuhan, kekerasan seksual dan pelanggaran kejam lainnya. Sejumlah besar ternak disita untuk merusak sumber kehidupan para peternak.
Strategi kekerasan dan penggusuran bagi masyarakat adat di Tanzania bukanlah hal yang baru: Lebih dari 100.000 suku Massai yang hidup di tepi kawah Ngorongoro dan dekat Serengeti berjuang mempertahankan wilayahnya dan sumber kehidupannya.
Dua penduduk desa telah mengajukan keberatan pada Bank Dunia. 852 petani kecil menggugat di pengadilan tinggi kota Mbeya.
Katakan pada Bank Dunia: Pelanggaran HAM dan penggusuran tidak dapat ditolerir.
Latar belakangKeterangan pers Institut Oakland
Institut Oakland pada 28 September 2023 telah mempublikasikan keterangan pers ini. Dalam pada itu Anuradha Mittal, direktur eksekutif organisasi ini, berkata: “Proyek REGROW ditujukan bukan untuk perlindungan hewan liar atau alam. Sebaliknya Bank Dunia malah membiayai sebuah model pertumbuhan ekonomi yang represif dan kasar yang berpatokan pada peningkatan pendapatan pariwisata.“
„Berhubungan dengan kecaman internasional atas penggusuran paksa terhadap suku Massai di Ngorongoro dan Liliondo maka sangat mengejutkan bahwa Bank Dunia terlibat pelanggaran HAM berat oleh karena bantuannya pada perluasan taman nasional bagi pariwisata.“
Masalah pada perluasan kawasan lindung
Pelindung lingkungan dan aktivis HAM khawatir akan semakin maraknya pencurian lahan di seluruh dunia yang mengatas namakan perlindungan alam. Alasannya karena hampir 200 negara di KTT Keanekaragaman Hayati COP 15 pada Desember 2022 di Montréal telah sepakat hingga tahun 2030 secara resmi menjadikan 30 % luas daratan dan perairan negaranya sebagai kawasan lindung. Kesepakatan ini terkenal dengan istilah "30 by 30".
Baca lebih lanjut Kawasan lindung – tanya dan jawab
Karena hal itu diperkirakan hingga 300 juta jiwa akan kehilangan lahan dan sumber kehidupannya. Perluasan kawasan lindung yang eksesif tidak akan bisa menghentikan perusakan lingkungan dan kepunahan masal flora dan fauna.
Bersama dengan berbagai organisasi, Selamatkan Hutan Hujan telah meliris petisi „Lindungi biodiversitas - dengan serius! PBB harus memperkuat hak-hak masyarakat adat“. Petisi ini menunjukkan bahaya yang akan mengancam.
Jawaban dari Bank Dunia:
Pada jawaban atas tuduhan penggusuran, Bank Dunia menyatakan bahwa “mandatnya tidak bertujuan mengawasi sikap pemerintah negara-negara anggota atau melakukan intervensi dalam hal dugaan pelanggaran yang tidak terkait dengan tujuan proyek yang dibiayai Bank Dunia.“
(The Bank also claimed that its mandate “does not extend to overseeing the conduct of Member countries’ government agencies or to intervening in the event of alleged wrongdoing unrelated to a World Bank-financed project.”)
Disamping itu: “Sejauh pemerintah melakukan penggusuran guna perluasan batas taman nasional, maka tindakan tersebut berada di luar batas proyek.“
(“To the extent that the government is pursuing evictions for purposes of extending park boundaries, such activities would fall outside the scope of the Project.”)
Dalam hubungannya dengan tuduhan aksi kekerasan oleh ranger, Bank Dunia menyatakan tidak membiayai persenjataan. Pelanggaran hukum seperti pembunuhan harus dilaporkan pada pihak berwajib. Dengan demikian Bank Dunia mengenyampingkan fakta bahwa aparat keamanan negara juga terlibat tindak kekerasan, seperti kasus Massai di Loliondo.
Kutipan dari penduduk desa:
Institut Oakland mengutip perkataan seorang penduduk desa:
Penduduk Mbarali sangat menderita oleh tindakan ranger bersenjata dari RUNAPA (Taman Nasional Ruaha). Para ranger ini memperlakukan penduduk dengan kejam, termasuk membunuh tanpa alasan yang benar.
Tidak ada aturan hukum. Lahan milik petani dan peternak diambil oleh RUNAPA dan kami dipaksa meninggalkan tanah leluhur kami. Jika tidak ada langkah-langkah yang diambil, maka penduduk Mbarali akan jatuh miskin, dan ini bukanlah tujuan dari proyek REGROW.
(“People living in Mbarali are suffering very much from RUNAPA armed rangers. They treat them with cruelty, including killings, with no proper reason. No steps have been taken by the government. There is no rule of law. The land of the farmers and pastoralists is taken by RUNAPA and we are forced to leave our ancestral land. The communities of Mbarali, if steps are not taken, will fall into poverty, which was not the intention of the REGROW project.”)
Pada suara kabar harian Inggris The Guardian seorang penduduk mengatakan:
Banyak petani dilarang mengolah lahannya di tahun ini. Ini telah menyebabkan mereka menjadi miskin dan kelaparan, sehingga masa depan penduduk dari desa-desa yang bersangkutan tidak pasti dan mengalami gangguan psikologis.
Saya menuntut Bank Dunia untuk menghentikan proyek itu dan meyelidiki secara hukum dugaan pelanggaran HAM berat.
(“Many farmers were barred from cultivating their farms this year causing hunger and poverty. Many of the residents of the villages in question face an uncertain future and psychological pain.” (...) “I want the World Bank to immediately halt the project and conduct forensic investigation on the allegations of gross violation of human rights in the project area.”)
Dampak awal bagi masyarakat
Ancaman penggusuran menurut Institut Oakland telah berdampak pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Sebagian besar lahan sawah tidak diolah karena penggusuran bisa terjadi sebelum masa panen. Di banyak desa rumah-rumah telah diberikan tanda untuk dirobohkan. Pembangunan sebuah sekolah menengah di desa Luhanga telah dihentikan. Di desa Iyala, jumlah murid yang melanjutkan ke sekolah menengah telah menurun secara drastis. Oleh karena ancaman penggusuran, orang tua tidak lagi mengirim anak-anaknya ke sekolah.
Pariwisata
Pariwisata adalah salah satu sumber ekonomi dan devisa terpenting bagi Tanzania.
Landasan rencana pemerintah untuk menggali pariwisata salah satunya adalah dari studi bank dunia. Pada Januari 2014 Bank Dunia telah menemukan sumber daya potensial di Tanzania yang belum digali. Kalau pada 2013 terdapat satu juta wisatawan, maka hingga 2025 akan bisa mencapai delapan juta wisatawan tiap tahunnya. Nampaknya pemerintah Tanzania sangat bertujuan menarik wisatawan juga dari China, India dan Rusia.
Program bantuan REGROW
REGROW dimulai tahun 2017 dan berlangsung selama delapan tahun. Ke dalam program bantuan ini termasuk “perbaikan manajemen sumber daya alam dan pariwisata di wilayah-wilayah prioritas di bagian selatan Tanzania dan akses menuju sumber pendapatan alternatif bagi penduduk setempat.“
Proyek ini mencakup empat kawasan lindung: Taman Nasional Mikumi, Taman Nasional Nyerere, Taman Nasional Udzungwa Mountains dan Taman Nasional Ruaha.
Dari 150 juta US-Dollar, 106 juta dipakai untuk pembangunan infrastruktur di kawasan lindung, contohnya pembangunan jalanan untuk memperbaiki akses menuju titik-titik pandangan, lapangan terbang dan pusat-pusat pengunjung. Selain itu juga sudah dialokasikan dana pembangunan pos penjagaan dan dana perlengkapan kerja ranger. Diharap tenaga keamanan dapat mencegah penggunaan sumber daya termasuk pertanian dan peternakan di padang rumput secara “ilegal“.
Untuk sumber pendapatan alternatif bagi penduduk setempat telah disediakan 11,5 juta US-Dollar. Beberapa ribu rumah tangga akan diberdayakan untuk mampu bekerja di sektor pariwisata, seperti sebagai Safari-Guide, membuat dan menjual barang-barang kerajinan tangan dan penanaman bahan makanan bagi pariwisata. Namun proyek ini masih jauh dari tujuannya.
Hingga Oktober 2023 Bank Dunia telah mengeluarkan 92 juta US-Dollar. 28 juta diantaranya baru mengalir setelah masuknya surat pengaduan resmi dari penduduk desa di Juni 2023.
Taman Nasional Ruaha
Wilayah taman nasional ini telah ditetapkan pemerintah kolonial Jerman pada tahun 1910 sebagai suaka margasatwa Saba. Kemudian tahun 1946 namanya dirubah oleh pemerintah kolonial Inggris menjadi suaka margasatwa Rungwa. Dengan berdirinya negara Tanzania di tahun 1964, wilayah ini berubah menjadi taman nasional.
Pemerintah menyatakan bahwa desa-desa yang terkena penggusuran yang masih berada di dalam batas wilayah taman nasional yang perencanan perluasannya sudah sejak tahun 2008, dinyatakan ilegal. Penduduk setempat membantahnya, karena perluasan itu belum pernah dilaksanakan dan mereka tidak pernah diminta persetujuannya.
Wilayah tangkapan air sungai Great Ruaha disebutkan sebagai „tulang punggung ekologi“ Tanzania. Taman nasional itu menampung salah satu populasi gajah dan singa terbesar di Tanzania serta lebih dari 570 spesies burung. Macan tutul, citah, hiena, anjing liar, jerapah, kerbau, zebra, babi liar afrika dan antilop juga hidup di sana. Sementara di sungai hidup kuda nil, buaya nil dan berbagai jenis ikan.
Di sungai Great Ruaha di tahun 70-an dan 80-an telah dibangun dua PLTA. Sungai ini berfungsi untuk mengairi ladang sawah milik perusahaan-perusahaan besar. Pemerintah berusaha untuk mengembangkan PLTA, pertanian dan pariwisata, meskipun ketinggian air sungai di tahun-tahun belakangan ini menurun. Tapi penduduk setempat dituduh semena-mena sebagai yang bertanggung jawab atas musibah ini.
Masyarakat adat
Di wilayah tersebut sejak bergenerasi hidup masyarakat adat Sangu, Sukuma dan Massai.
Suku Sangu merupakan penduduk asli di lahan basah Ihefu. Mereka sebelum masa kolonial sudah menggembalakan ternak mereka di Great Ruaha.
Kepada: Presiden Bank Dunia Ajay Banga
Yang terhormat Bapak Ajay Banga,
Informasi tentang proyek REGROW (Resilient Natural Resource Management for Tourism and Growth) milik Bank Dunia di Tanzania telah mengejutkan saya. Seperti yang terdokumentasi dalam laporan Unaccountable & Complicit dari Institut Oakland, nampak bantuan Bank Dunia untuk pemerintah Tanzania terkait langsung dengan penggusuran besar-besaran dan pelanggaran HAM demi perluasan Taman Nasional Ruaha (RUNAPA).
Meskipun dokumen Bank Dunia menyatakan bahwa proyek ini tidak akan mengakibatkan relokasi, tapi Menteri Pertanahan, Perumahan dan Pengembangan Perkotaan pada 25 Oktober 2022 telah menyatakan bahwa pemerintah akan merelokasi paksa lebih dari 20.000 penduduk di wilayah tersebut agar perluasan RUNAPA bisa dilaksanakan.
Penduduk desa menuduh ranger dari Dinas Taman Nasional TANAPA yang dibiayai proyek REGROW melakukan pembunuhan dan berbagai tindak kekerasan sejak proyek ini dimulai tahun 2017. Selain itu dinas kepemerintahan menyita dan melelang ternak dalam jumlah besar, dimana hal ini sangat mempengaruhi sumber kehidupan penggembala. Oleh kekerasan dan penyitaan diharap penduduk bisa ditekan sedemekian rupa sehingga mereka meninggalkan wilayahnya.
Laporan Unaccountable & Complicit memberikan bukti-bukti yang sulit dibantah, bahwa pemerintah Tanzania melanggar tindakan dan prosedur perlindungan (operating procedures and safeguards) dari Bank Dunia, dimana pemerintah berencana tanpa perencanaan pemindahan yang resmi dan tanpa prosedur konsultasi yang sesuai dan uang ganti rugi. Tim proyek REGROW menolak tanggung jawab yang dituntut Institut Oakland dan oleh karena itu tidak mengambil tindakan apapun ketika tim ini diinformasikan tentang adanya pelanggaran HAM. Hal ini tidak dapat diterima.
Kekejaman pemerintah Tanzania terhadap masyarakatnya sendiri dan jelasnya pengabaian prosedur kerja dan tindakan perlindungan (operating procedures and safeguards) dari Bank Dunia, menurut kami, menjadikan negara Tanzania terdiskualifikasi untuk memperoleh pembiayaan.
Saya mendesak Anda untuk segera menghentikan pembayaran berikutnya dana proyek REGROW dan segera mengakhiri keterlibatan Bank Dunia.
Dengan hormat
November 2023
Bank Dunia meluncurkan investigasi
Bank Dunia sedang menyelidiki tuduhan terhadap program REGROW di Tanzania, yang didanainya dan dimaksudkan untuk memperluas Taman Nasional Ruaha. Penyelidikan ini akan difokuskan pada otoritas taman nasional TANAPA, yang para penjaga hutannya dituduh melakukan pembunuhan, penyiksaan dan pemerkosaan, serta penyitaan ternak secara ilegal.
Investigasi ini dipicu oleh pengaduan masyarakat distrik Mbarali yang diajukan atas nama mereka oleh Oakland Institute pada bulan Juni 2023. „Karena kekerasan ini bersifat sistemik, investigasi Bank Dunia tidak dapat berfokus pada beberapa 'buah yang bosok' - penjaga hutan individu. Bank Dunia harus mengakui bahwa kekerasan dan pelecehan merupakan instrumen dari kebijakan yang kejam untuk mengusir masyarakat dari tanah mereka," ujar direktor ibu Anuradha Mittal.
Selamatkan Hutan Hujan menyambut baik keputusan Bank Dunia, yang tentu saja hanya merupakan langkah awal. Tuntutan petisi tetap sama: Bank Dunia harus berhenti pembayaran program REGROW dan mengakhiri keterlibatannya dengan TANAPA dan pemerintah Tanzania.
Petisi dengan 79.033 tanda tangan dipresentasikan saat Konferensi Musim Semi Bank Dunia di Washington
Selamatkan Hutan Hujan dan Oakland Institute mengkritik keras keterlibatan Bank Dunia pada penggusuran di Tanzania dan pada 17 April telah mempresentasikan sebuah petisi dengan 79.033 tanda tangan dihadapan 78.000 peserta di kantor pusat Bank Dunia di Washington (USA)
Kepanjangan program bantuan ini Aladdin Resilient Natural Resource Management for Tourism and Growth. Informasi selengkapnya lihat di laman Bank Dunia.
Yang terkena dampak adalah penduduk dari lima desa; Luhanga, Madundasi, Msanga, Iyala dan Kilambo di dekat Taman Nasional Ruaha. Selain itu ada 47 bagian wilayah dari 14 desa lainnya.
Institut Oakland dalam reportnya menerangkan dengan lengkap mulai dari halaman 10.
Juga publikasi Peoples Dispatch dalam judul “Tanzanian farmers are paying for “conservation” with their land and lifes” melaporkan tentang penggusuran dan kekerasan.
Ke dua penduduk desa atas nama penduduk lainnya yang juga ingin menanda tangani, telah mengajukan keberatan. Secara formal sebenarnya hanya diperlukan dua penggugat saja. Atas dasar keamanan, identitas ke dua orang tersebut disembunyikan.
Di sini Anda temukan konfirmasi penerimaan keberatan konfirmasi penerimaan keberatan yang lengkap.
Petisi ini tersedia dalam bahasa-bahasa berikut:
Bantulah kami mencapai 100.000: