Hewan komodo di Jurassic Park? Tidak!

Biawak Komodo melihat ke atas Masa depan gelap untuk komodo (© WALHI NTT) Biawak Komodo didepan dermaga Menunggu kedatangan wisata kaya (© WALHI NTT) Biawak Komodo di lanskap hijau Haruskah kehidupan komodo berakhir di Jurassic Park? (© Ringo_Wong_hkherper/istockphoto.com)

Pemerintah Indonesia ingin mempromosikan hewan komodo dan membuat Taman Nasional Komodo menjadi “Taman Jurassic“ bagi para turis kaya. Rancangan pembangunan di beberapa pulau ini mengancam hewan komodo, dunia bawah laut yang mempesona dan penduduk setempat. Para penduduk benar-benar dikucilkan dari jenis baru pariwisata eksklusif ini.

Berita & update seruan

Kepada: Presiden Joko Widodo, tembusan: Gubernur NTT, UNESCO

“Lindungi komodo terakhir - hentikan resor mewah di Taman Nasional Komodo!”

Membaca surat

„Penduduk disini hidup selaras dengan komodo. Mereka mengenal hewan ini dengan sebutan "ora“. Selain itu, komodo juga sering disebut sebagai "sebae" yang artinya "kembaran" dari orang asli komodo ("ata modo"). Namun kini Taman Nasional Komodo dan penduduknya sangat terancam“, demikian peringatan Umbu Wulang, direktur LSM lingkungan WALHI NTT.

Taman Nasional Komodo sangat unik. Sejak tahun 1991 taman ini termasuk ke dalam warisan alam dunia UNESCO. Di sana hidup sebagian besar dari 3.000 ekor komodo (Varanus komodoensis) - biawak terbesar di dunia - yang masih tersisa di dunia dan terancam punah. Di wilayah segitiga terumbu karang terdapat penyu, ikan pari manta, ikan paus dan lumba-lumba yang bisa bebas berenang. Biodiversitas lautnya termasuk ke dalam biodiversitas yang terbesar di dunia.

Beberapa proyek pembangunan yang mengatas namakan ekowisata mengancam alam dan penduduk di Taman Nasional. Proyek Geopark di pulau Rinca dengan harga 6,7 juta US-Dollar ini adalah bagian dari upaya Presiden Joko Widodo untuk mempromosikan wisata daerah setempat. Para arsiteknya sendiri dengan bangga menamankan proyek mereka „Jurassic Park“.

Di Taman Nasional Komodo direncanakan pembangunan pariwisata eksklusif. Tiket masuk satu tahun seharga 1.000 US-Dollar. Penjaga hutan lokal dan pedagang souvenir tidak lagi diharapkan. Mereka digantikan oleh perusahaan yang berorientasi profit. Meski banyak protes dan tanpa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) namun para perusahaan telah mendapatkan lisensi dari negara untuk mengembangkan pariwisata mewah. Lebih dari 1.000 penduduk di pulau Komodo akan dipindahkan.

Pelindung alam cemas karena proyek pembangunan mewah ini akan merusak ekosistim, mengancam kehidupan hewan komodo dan masukan limbah dan pasir akan merusak karang.

„Rencana-rencana ini tanpa pandang bulu merusak alam dan kehidupan penduduk setempat yang sejak berabad-abad hidup damai bersama komodo“, ujar Umbu Wulang. Ia juga mengharap perhatian internasional untuk menyelamatkan hewan komodo yang terakhir.



Latar belakang

Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo terletak di wilayah Kepulauan Sunda Kecil, tepatnya di provinsi NTT.

Tahun 1977 pulau Komodo, Rinca dan Padar disebut oleh UNESCO sebagai cagar biosfer. Tahun 1980 pemerintah Indonesia mendirikan Taman Nasional Komodo, awalnya sebagai cagar alam bagi komodo. Dan tahun 1991 taman ini dijadikan warisan alam dunia oleh UNESCO.

Taman Nasional ini sekarang meliputi beberapa pulau yang berasal dari gunung berapi dengan luas keseluruhan 173.300 hektar. Sepertiga diantaranya adalah daratan dan sisanya air.

Dikeseluruhan tiga pulau berpenghuni yaitu Komodo, Rinca dan Papagarang terdapat sekitar 5000 penduduk (2017) yang sejak dahulu kala hidup damai dengan "Komodo-Dragon", bahkan sebelum hewan ini ditemukan tahun 1912 oleh pimpinan Musium Zoologi Bogor (nama musium sekarang) yaitu Pieter Antonie Ouwens.

Taman Nasional Komodo sangat unik. Di sana hidup sebagian besar dari 3000 „Komodo-Dragon“ (Varanus komodoensis) yang tersisa, kadal terbesar di dunia. Kadal-kadal raksasa ini adalah eksemplar terakhir dari jenisnya. Dulunya mereka tersebar di seluruh Indonesia dan Australia. Oleh karena itu Uni Internasional untuk Konservasi Alam (Inggris: IUCN) menggolongkan komodo terancam punah. Lidahnya yang bercabang mengingatkan kita pada makhluk mitos.

Panjang dan berat biawak komodo ini bisa mencapai 3 m dan 70 kg. Di daftar menu pemakan bangkai ini tercantum rusa, kambing dan ayam. Racun membuat mangsanya terkejut dan menjadikan darah di bekas gigitan tidak membeku. Rusa Timor adalah mangsa utama biawak ini. Komodo ini bergerak cepat dan agresif. Meskipun komodo jarang menyerang manusia, tapi kadang-kadang bisa terjadi.

Komodo muda adalah pemanjat ulung dan tinggal hampir di pohon-pohon saja. Bersamaan dengan pertumbuhannya komodo menjadi lebih lambat dan lebih sering tinggal di daratan. Masyarakat di pulau Komodo membangun rumahnya di atas panggung dan menutup pintu luarnya.

Komodo di Taman Nasional terpencar di 5 pulau, yaitu Komodo, Rinca, Padar, Nusar Kode (Gili Dasami) dan Gili Motang. Menghitung jumlah mereka tidaklah mudah karena mereka selalu berenang mengitari pulau-pulau tersebut. Juga di luar Taman Nasional di pulau Flores terdapat komodo.

Tidak hanya komodo yang mempesona yang tinggal di Taman Nasional. Disana terdapat juga 32 jenis mamalia (contohnya rusa timor, babi liar, monyet pemakan kepiting, musang luwak, kerbau liar), 37 jenis reptil dan 128 jenis burung diantaranya kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), gosong kaki merah (Megapodius reinwardt) dan cucak timor (Philemon buceroides).

Di darat dan di bawah air daerah tersebut memiliki lanskap yang luar biasa. Jika pulau-pulau di sana terbentuk dari sabana yang tandus, maka pemandangan bawah airnya penuh dengan kehidupan yang sangat beraneka ragam, seperti layaknya hutan hujan. Sebagai bagian dari yang disebut segitiga karang, biodiversitas lautnya merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Di perairan sekitar kepulauan hidup sekitar 1.000 jenis ikan, 260 jenis karang terumbu, 70 jenis bunga karang, 17 jenis ikan paus dan lumba-lumba serta 2 jenis penyu laut. Sejak berlakunya peraturan perlindungan, menangkap ikan dengan bahan peledak dilarang dan wilayah yang tertutup dengan karang telah tumbuh 60 persen.

Meskipun Taman Nasional Komodo memiliki status perlindungan tertinggi, namun ancaman oleh perburuan dan penangkapan ikan ilegal serta perdagangan hewan tetap tinggi. Ancaman utama biawak komodo adalah penghancuran habitatnya dan menyusutnya jumlah hewan mangsaan mereka akibat perburuan liar. Penjaga hutan berusaha mencegah perburuan liar di Taman Nasional tersebut.

Konvensi Perdagangan Internasional Tumbuhan dan Satwa Liar Spesies Terancam mencantumkan biawak komodo dalam lampiran I. Ini berarti setiap perdagangan komodo yang masih hidup ataupun bagian tubuhnya (contoh: kulit) dilarang.

Meskipun begitu pihak manajemen Taman Nasional telah mengijinkan sebuah kelompok pedagang hewan menyelundupkan 41 Komodo-Dragon di tahun-tahun belakangan ini. Hewan tersebut dijual lewat internet kepada pembeli lokal dan internasional dengan harga 35.000 US-Dollar.

Selain itu orang di luar Taman Nasional diijinkan memburu rusa dengan ilegal, padahal hewan ini adalah komponen penting rantai makanan biawak komodo.

Pariwisata di Taman Nasional Komodo

Pariwisata dimulai di tahun 1980-an dengan didirikannya Taman Nasional. Sejak itu Komodo-Dragon ini menjadi salah satu pusat atraksi turis. Menurut statistik resmi pada tahun 2018 lebih dari 175.000 orang yang telah mengunjungi Taman Nasional tersebut, kebanyakan dari luar negri. Tahun 2017 penghasilan Taman Nasional berkisar 1,85 juta US-Dollar.

Pemerintah Indonesia konon telah merencanakan menutup pulau Komodo di tahun 2020 untuk turis agar alamnya bisa istirahat.

Ternyata kini lain. Pemerintah Indonesia malah terus berusaha menaikkan potensi pariwisata Taman Nasional Komodo.

Pengembangan pariwisata diserahkan pada perusahaan swasta. Sejak 2021 telah terdapat 7 perusahaan mengajukan ijin pembangunan sarana wisata yang menyerupai alam. PT Komodo Wildlife Ecotourism dan PT Segara Komodo Lestari telah memulai sebagian pembangunan dengan ijin dari Kementrian Kehutanan.

Ijin ini telah diberikan meskipun adanya kritik besar-besaran dari masyarakat lokal dan pelindung lingkungan dan tanpa persetujuan UNESCO serta tanpa AMDAL tentang dampak jangka panjang pembangunan atas dunia flora dan fauna Taman nasional yang unik.

Di pulau Komodo, Rinca dan Padar direncanakan pariwisata ekslusif dengan tiket masuk sekitar 1.000 US-Dollar yang berlaku selama satu tahun. Berbagai sarana penginapan, restauran dan pusat informasi akan dibangun.

Komunitas lokal yang sejak bertahun-tahun hidup dengan dan dari pariwisata bersamaan dengan perencanaan ini akan sama sekali dikucilkan. Hingga kini warga mendapatkan nafkahnya terutama di pulau Komodo dari hasil penjualan kerajinan tangan dan panduan wisata melihat fasinasi Komodo-Dragon. Kini kios suvenir hanya boleh berada di pulau Rinca yang jaraknya sekitar 2 jam dari pulau Komodo. Dengan demikian kios-kios suvenir itu diasingkan dari pariwisata eksklusif.

Tourism boom di Indonesia

Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang penting di Indonesia. Sektor ini merupakan pembawa devisa terbesar ke tiga setelah ekspor batubara dan minyak sawit. Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal, di tahun 2018 pariwisata telah meraup sekitar 17 miliar US-Dollar. Pada tahun itu sebanyak 15,8 juta turis mengunjungi Indonesia, 6 juta diantaranya ke Bali.

Dengan visi masa depan „10 Bali baru“ yang telah dicanangkan oleh Presidn Joko Widodo di tahun 2016, Indonesia dengan pusat pariwisata baru ingin menarik lebih banyak pengunjung dari seluruh dunia. Hingga kini 10 lokasi wisata telah ditetapkan, 4 diantaranya mendapat prioritas untuk segera dikembangkan yaitu danau kawah terbesar di dunia danau Toba di Sumatra, kompleks candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika di Lombok dan kota pelabuhan Labuan Bajo (kota ini menjadi tempat untuk bertolak ke pulau Komodo).

Destinasi menarik lainnya di Indonesia adalah Belitung di Sumatra, gunung vulkan Bromo di Jawa Timur, Pulau Seribu di teluk Jakarta, Wakatobi (Sulawesi), Tanjung Lesung (Banten) dan Morotai (Maluku Utara).

Kementrian Pariwisata Indonesia memperkirakan biaya keseluruhan yang diperlukan sekitar 20 miliar US-Dollar untuk pembangunan infrastruktur transportasi (bandara, pelabuhan, jalan penghubung) serta hotel, restauran dan tempat rekreasi. Dana ini sebagian besar berasal dari investor swasta.

Sayangnya menghindari sampah plastik, perlindungan spesies dan pemakaian energi terbarukan masih sangat kurang diterapkan di Indonesia hingga saat kini. Percepatan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan dan pariwisata masal sering kali berdampak buruk bagi lingkungan hidup dan masyarakat lokal. Baru-baru ini pengembangan besar-besaran objek wisata digolongkan sebagai masalah yang terus berkembang di seluruh Asia Tenggara, termasuk di Bali sendiri.

Dalam peraturan Nr. 14/2016 dari Kementrian Pariwisata tertulis bahwa wisata berkelanjutan memperkuat masyarakat lokal, melestarikan budaya dan melindungi lingkungan hidup. Tapi dalam kenyataannya sering berbeda, contoh tepatnya adalah pengembangan pariwisata di Taman Nasional Komodo.

"Politik pariwisata adalah bentuk dari "Perampasan Hijau": Tanah masyarakat lokal dirampas dengan tameng perlindungan alam dan lingkungan hidup", ujar Eko Cahyono, seorang peneliti pertanian asal Indonesia.

Ancaman oleh rencana pembangunan di Taman Nasional Komodo

Rencana pembangunan yang megatas namakan ekowisata tidak hanya mengancam alam tapi juga penduduk di Taman Nasional Komodo. Di pulau Komodo, Rinca dan Padar sudah dibagikan ijin kepada perusahaan swasta untuk pembangunan wisata. Kegiatan pembangunan sebagian sudah berjalan.

Proyek pembangunan akan mencakup juga pembangunan infrastruktur berskala besar yang membutuhkan banyak lahan, air, bahan bangunan dan energi. Masyarakat lokal dan pelindung lingkungan khawatir bahwa pekerjaan pembangunan mengancam kehidupan  komodo yang terancam punah serta mempengaruhi perilakunya. Selain itu pengaruh terhadap komodo ini juga akan mempengaruhi seluruh rantai makanan hewan ini dan hewan asli lainnya serta merusak karang karena masuknya limbah dan pasir.

LSM lingkungan hidup WALHI pada tahun 2020/2021 melakukan sebuah studi tentang dampak dari perusakkan ekosistem bakau sebagai salah satu habitat komodo muda dan hewan lainnya seperti ular, monyet dan burung.

Rencana pembangunan terkenal yang luasnya 1,3 hektar adalah Proyek Geopark di pulau Rinca yang akan memakan biaya sebesar 6,7 juta US-Dollar dan dengan bangganya para arsitek menyebutnya sebagai „Jurasic Park“. Meski banyaknya protes, jalan-jalan dan gedung-gedung di pulau Rinca tetap dibangun. Bangunan itu recananya selesai tahun ini juga (2021).

Menurut aktivis lingkungan Indonesia, bangunan ini melanggar peraturan lingkungan hidup nasional yang mengatakan merubah lanskap alam di sebuah Taman Nasional adalah dilarang. Selain itu pengeboran sumur akan menyebabkan berkurangnya air, dimana air adalah faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan hidup flora dan fauna.

Di pulau Padar, pemerintah Indonesia selain itu juga merencanakan merubah zona lindung alam demi tujuan wisata. Tahun 2012 Kementrian Kehutanan telah mengubah 303,9 hektar di pulau itu bagi kepentingan pariwisata. Pulau-pulau lainnya juga terkena perubahan zona di Taman Nasional itu, juga demi kepentingan proyek pariwisata.

Perusahaan swasta selain itu memiliki ijin untuk mengelola habitat komodo dan wilayah tempat tinggal masyarakat disana. Masyarakat yang hingga kini mendapat keuntungan dari pariwisata nantinya akan benar-benar tertutup kemungkinannya oleh perencanaan pembangunan ini.

Sejak 2019 pemerintah bahkan telah berencana untuk memindahkan beberapa komunitas lokal di pulau Komodo. Setelah protes bertubi-tubi, perencanaan pemindahan lebih dari 1.000 penduduk akhirnya direvisi juga karena masalah biaya. Lapangan pekerjaan kini dihapus atau dipindahkan begitu saja.

Protes dan tuntutan

Tahun 2018 sejumlah besar warga provinsi Nusa Tenggara Tengah (NTT) dan jaringan pelindung lingkungan #SaveKomodo telah bergabung untuk menentang rencana pariwisata dari pemerintah Indonesia dan invasi perusahaan-perusahaan di Taman Nasional Komodo. Atas dasar tekanan publik, Presiden Joko Widodo menghentikan rencana pembangunan dari ke dua perusahaan yang berlisensi, setidaknya untuk sementara waktu. Namun ke dua perusahaan itu tetap memiliki ijin.

Komunitas lokal dan anggota masyarakat sipil telah melakukan berbagai cara menentang rencana yang ingin memindahkan sekitar 1.000 warga keluar dari pulau Komodo. Berkat protes besar-besaran perpindahan itu bisa dihindari.

Komunitas lokal menuntut pemerintah untuk terus menjalankan konsep perlindungan alam dari komunitas setempat dan ekowisata terbatas. Sebab proyek bangunan mewah ini tidak hanya mengancam habitat komodo, tapi juga sejarah, budaya, hak tanah dan kehidupan masyarakat lokal.

„Pemerintah lokal bersama dengan pemerintah pusat dan perusahaan pariwisata harus melestarikan Taman Nasional Komodo sebagai wilayah cagar alam agar pariwisata yang ramah lingkungan serta yang bebas dari eksploitasi dan komersialisasi terjamin“, ujar Rafael Todowela, ketua Forum Masyarakat Peduli dan Penyelamat Pariwisata Manggarai Barat, di sebuah aksi protes.

"Perlindungan alam seharusnya melindungi komodo, bukan investor", tambahnya lagi. Dari pada menerapkan eksklusivitas dan pariwisata masal, pemerintah Indonesia seharusnya lebih serius lagi mengkonsentrasikan diri pada perlindungan pulau Komodo. Salah satu fokus utamanya adalah penelitian ilmiah tentang perlindungan hewan dan perdagangan hewan ilegal. Kemudian aktivitas pariwisata masyarakat di daerah pinggiran Taman Nasional harus digencarkan dan zona lindung bagian dalam tidak boleh lagi dirubah menjadi zona guna.

LSM lingkungan hidup Indonesia WALHI NTT menuntut pencabutan ijin penggunaan pariwisata alam oleh sektor swasta di Taman Nasional Komodo, pembentukan kelompok nelayan di Taman Nasional dan lebih banyaknya tekanan publik.

#SaveKomodo dan WALHI NTT menuntut Presiden Joko Widodo:

  • Unjukkan AMDAL dari rencana pembangunan tersebut

  • Cabut ijin pemanfaatan pariwisata alam oleh sektor swasta

  • Pusatkan perhatian pada penelitian ilmiah tentang perlindungan hewan

  • Hentikan perdagangan hewan ilegal

  • Jangan merubah zona lindung bagian dalam Taman Nasional menjadi zona guna

  • Jangan tutup kesempatan masyarakat lokal ikut bagian dari aktivitas pariwisata

  • Terus menerapkan konsep perlindungan alam dan ekowisata terbatas yang dikelola komunitas setempat

Links:

https://whc.unesco.org/en/list/609

https://www.iucnredlist.org/species/22884/9396736

https://www.gtai.de/gtai-de/trade/wirtschaftsumfeld/bericht-wirtschaftsumfeld/indonesien/entwicklung-der-10-new-balis-in-indonesien-stockt-152368

https://www.fairunterwegs.org/news-medien/news/detail/die-nachhaltigkeit-von-praesident-widodos-zehn-neuen-balis-ist-fragwuerdig/

https://www3.investindonesia.go.id/en/article-investment/detail/all-you-need-to-know-about-the-10-new-bali-project-in-indonesia

https://twitter.com/hashtag/savekomodo

https://travel.detik.com/travel-news/d-5231742/taman-nasional-komodo-sudah-jadi-tak-perlu-ada-fasilitas-mewah?utm_content=detiktravel&utm_term=echobox&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=oa&utm_source=Twitter#Echobox=1603869906

https://www.berliner-zeitung.de/gesundheit-oekologie/fluch-oder-segen-indonesien-streitet-um-komodo-park-li.112740

https://news.mongabay.com/2018/08/komodo-protesters-say-no-to-development-in-the-dragons-den/

https://news.mongabay.com/2019/04/indonesia-arrests-7-for-allegedly-selling-komodo-dragons-over-facebook/

Surat

Kepada: Presiden Joko Widodo, tembusan: Gubernur NTT, UNESCO

Yang terhormat Presiden Joko Widodo, yang terhormat Ibu-ibu dan Bapak-bapak,

Indonesia dengan Taman Nasional Komodo memiliki warisan alam yang luar biasa. Di sana hidup hewan komodo yang terancam punah, sementara di dunia ini komodo hanya bisa hidup bebas di sana. UNESCO di tahun 1991 telah menyatakan wilayah ini sebagai warisan alam dunia. Namun kini Taman Nasional Komodo dan penduduknya dalam bahaya besar. Berbagai rencana pembangunan yang mengatas namakan ekowisata sangat mengancam wilayah suaka itu.

Dari pada menargetkan pariwisata eksklusif, Indonesia sebaiknya melindungi Taman Nasional Komodo dengan lebih baik lagi.

Saya, demi perlindungan komodo yang terancam punah dan biodiversitas serta kesejahteraan warganya, mendukung tuntutan #SaveKomodo dan WALHI NTT:

- Hentikan rencana pembangunan pariwisata mewah;
- Revisi lisensi perusahaan-perusahaan besar;
- Sebaliknya dukunglah ekowisata terbatas dari komunitas lokal;
- Turut mempertimbangkan pengetahuan ilmiah;
- Biarkan wilayah lindung zona dalam tidak berubah;
dan
- Hentikan perdagangan hewan ilegal.

Dengan hormat

Topic

Pertanyaan dasar: Mengapa biodiversitas sangat penting?

 

Biodiversitas atau keragaman biologis meliputi tiga bidang yang sangat berkaitan satu sama lain: Keaneka ragaman hayati, keragaman genetik didalam spesies tertentu dan keragaman ekosistem, contohnya, hutan atau laut. Setiap jenis merupakan bagian dari ikatan hubungan yang sangat kompleks. Satu spesies punah, maka akan berpengaruh pada spesies lainnya dan keseluruhan ekosistim.

Kini di seluruh dunia terdapat hampir dua juta spesies. Para ahli memperkirakan jumlahnya masih jauh lebih banyak lagi. Hutan hujan tropis dan terumbu karang termasuk dalam ekosistem yang paling beragam dan yang paling kompleks dan terorganisir di dunia. Hampir setengah dari seluruh spesies flora dan fauna hidup di hutan tropis.

Keragaman biologis itu sendiri layak dilindungi dan selain itu juga sumber kehidupan kita. Kita tiap hari mengkonsumsi bahan makanan, air minum, obat-obatan, energi, pakaian atau bahan bangunan. Ekosistim yang utuh menjamin penyerbukan tanaman dan kesuburan tanah, melindungi kita dari bencana alam seperti banjir atau longsor, membersihkan air dan udara serta menyimpan CO2 yang merusak iklim.

Alam adalah rumah dan sekaligus tempat spiritual masyarakat adat. Mereka adalah pelindung hutan hujan yang terbaik, karena khususnya ekosistem yang utuh hanya bisa ditemui di habitat komunitas masyarakat adat.

Hubungan antara kehilangan alam dan penyebaran pandemi sudah diketahui jauh sebelum corona. Alam yang utuh dan beragam melindungi kita dari penyakit dan pandemi lainnya.

Dampak: Punahnya spesies, kelaparan dan krisis iklim

 

Keadaan alam di seluruh dunia menjadi buruk dengan dramatis. Sekitar 1 juta spesies flora dan fauna terancam punah di waktu dekat. Dalam daftar merah dari IUCN (Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam) saat kini terdapat 37.400 spesies flora dan fauna terancam punah – rekor yang menyedihkan! Para ahli menyebutnya sebagai kepunahan masal yang keenam dalam sejarah dunia. Percepatan punahnya spesies yang disebabkan manusia menjadi ratusan kali lebih cepat dibanding 10 juta tahun terakhir.

Juga berbagai ekosistem di seluruh dunia - 75% wilayah daratan dan 66% lautan - terancam. Hanya 3% ekologi yang masih utuh, contohnya sebagian wilayah Amazon, Cekungan Kongo dan sebagian hutan Papua. Wilayah yang paling terkena adalah ekosistim yang beraneka ragam seperti hutan hujan dan terumbu karang. Sekitar 50% seluruh hutan hujan dirusak dalam 30 tahun terakhir. Musnahnya karang bertambah banyak seiring dengan meningkatnya temperatur global.

Penyebab utama dari rusaknya biodiversitas secara masif adalah perusakan habitat, pertanian intensif, penangkapan ikan berlebihan, pemburuan liar dan pemanasan iklim. Sekitar 500 miliar USD tiap tahunnya dikucurkan untuk perusakan alam di seluruh dunia, contohnya untuk peternakan masal, subsidi minyak bumi dan batu bara, penebangan hutan serta penutupan lapisan tanah dengan bahan bangunan. 

Hilangnya biodiversitas punya dampak sosial dan ekonomi yang besar. Pemerasan sumber daya alam berada di atas penderitaan juta manusia di negara-negara di  selatan bumi. PBB hanya bisa mencapai 17 tujuan pembangunan yang berkelanjutan, contohnya memerangi kelaparan dan kemiskinan, bila biodiversitas di seluruh dunia dijaga dan digunakan secara bekelanjutan demi generasi yang akan datang.

Tanpa pelestarian biodiversitas perlindungan iklim juga terancam. Perusakan hutan dan tegalan - keduanya penting untuk menyimpan CO2, -  membuat iklim semakin panas.

Solusinya: Lebih sedikit berarti lebih banyak!

 

Sumber daya alam tidaklah tanpa batas. Hampir dua bumi yang kita butuhkan sebagai manusia. Berdasarkan penggunaan sumber daya saat kini maka tahun 2050 nanti sedikitnya dibutuhkan tiga. Untuk mempertahankan kelestarian biodiversitas sebagai sumber kehidupan kita, kita harus terus meningkatkan tekanan pada politik. Dan masih banyak yang bisa kita lakukan lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan tip sehari-hari ini orang juga bisa melindungi biodiversitas:

  • Lebih sering tumbuhan: lebih banyak makan sayuran dan tahu atau paling baik tanpa daging sama sekali! Sekitar 80% lahan pertanian di dunia digunakan untuk peternakan dan penanaman tumbuhan untuk pakan hewan.
  • Regional dan bio: bahan makanan yang dibuat secara ekologis mencegah penanaman monokultur yang luas dan penggunaan pestisida. Membeli produk regional selain itu menghemat energi yang besar!
  • Hidup sadar: Butuhkah saya pakaian atau hanphone baru? Atau maukah saya membeli barang-barang bekas kebutuhan sehari-hari? Ada banyak alternatif dari produksi dengan minyak sawit dan kayu tropis! Hewan peliharaan tropis seperti burung atau kera adalah tabu! Sekarang hitunglah jejak ekologis kamu!
  • Jadilah teman lebah: Di teras atau di taman lebah dan insek lainnya gembira atas tumbuhan yang beraneka ragam dan nikmat. Tapi tanpa punya tamanpun orang juga bisa aktiv di suatu proyek perlindungan alam di daerahnya.
  • Mendukung protes: membuat tekanan pada politisi lewat demonstrasi atau petisi menentang pemanasan iklim atau mendukung perubahan agraria. Mereka bertanggung jawab juga atas perlindungan biodiversitas.
Berita & update

berita · 10 Nov 2023

Petisi Komodo diserahkan di Jakarta dan di Jerman

Bendera RdR dan Petisi Komodo diatas meja bulat

Petisi "Hewan Komodo di Jurassic Park? Tidak!" diserahkan di Jakarta dan juga di Berlin. Solidaritas lebih dari seratus ribu orang disampaikan ke Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

selanjutnya

berita · 15 Sep 2021

Krisis iklim mengancam hewan komodo

Uni Internasional untuk Konservasi Alam mengingatkan akan kepunahan biawak komodo atau yang lebih dikenal dengan hewan komodo. Organisasi ini menggolongkan hewan tersebut ke dalam daftar merah yang baru tentang spesies flora dan fauna yang terancam punah sebagai "kritis" atau “sangat terancam”. Daftar ini selalu lebih panjang karena krisis iklim.

selanjutnya

berita · 29 Jul 2021

ATA MODO - Elegi Orang Komodo

Film dokumenter Ata Modo - Elegi Orang Komodo - mengambarkan kehidupan orang asli pulau Komodo dengan biawak Komodo. Film ini produksi WALHI NTT bersama Selamatkan Hutan Hujan dan OK Studio.

selanjutnya
Footnotes

Petisi ini tersedia dalam bahasa-bahasa berikut:

109.728 Pendukung

Bantulah kami mencapai 150.000:

aktivitas sebelumnya

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!