Skip to main content
Cari
Iring-iringan panjang masyarakat adat pemburu melintasi sabana
Keberagaman ekosistem menyejahterakan masyarakat adat Aru - hutan hujan, mangrove, padang lamun, sabana (© Forest Watch Indonesia)
Anak-anak di depan sekolahnya dengan spanduk: „Kami masyarakat adat menolak investasi peternakan sapi di petuanan kami“
„Kami masyarakat adat menolak investasi industri ternak sapi di tanah kami!“ (© Markus Apalem)
pulau berhutan dan jalur laut
Jalur laut yang sempit yang menghubungkan dan sekaligus memisahkan 832 pulau di Aru (© Forest Watch Indonesia)
Tiga laki-laki berdiri di kaki pohon yang sangat besar
Kelompok pecinta lingkungan Urai Uni melindungi hutan di kepulauan Aru (© Simon Kamsy)

Masyarakat adat di kepulauan Aru telah menyelamatkan satu juta hektar hutan!

30 Jun 2025Masyarakat adat di kepulauan Aru pada 30 Juni 2025 telah menerima Collective Action Award 2025 dari Right Resources International (RRI). Ini merupakan bentuk penghargaan terhadap perjuangan berpuluh-puluh tahun mereka menentang perampasan lahan dan perusakan lingkungan.


Kami ucapkan selamat pada gerakan #Save Aru dan terutama warga Jargaria yang menjadi roda pergerakan ini yang telah menerima Collective Action Award 2025 dari Right Resources International.

Acara penyerahan ini dilangsungkan di ibu kota Nepal, Kathmandu. #SaveAru mendapat penghargaan ini karena peran pentingnya dalam melindungi hutan dari ekspansi industri besar-besaran yang ingin merusak alam di kepulauan Aru dan berkat keberhasilannya mempertahankan pengetahuan tradisional. Dalam menerima penghargaan itu #SaveAru diwakili oleh ibu Rosalina Gaelagoy dan bapak Mika Ganobal.

Penerima penghargaan Collective Action Award 2025 lainnya adalah Xukuru do Ororubá Indigenous Collective dari Brasil dan Nashulai Maasai Conservancy dari Kenya.

Kepulauan Aru yang terletak tidak jauh dari pulau Papua nampak dari atas seperti sebuah wilayah hutan. 832 pulau saling terpisah oleh jalur laut yang sempit dan menurut data dari Forest Watch Indonesia 83 persen kepulauan ini terdiri dari hutan primer dan mangrove -  hal ini sungguh menarik di Indonesia dan sebuah kesuksesan setelah puluhan tahun masyarakat adat Aru berjuang menentang agresi berbagai perusahaan yang tak kunjung berhenti.

Perjuangan masyarakat adat Aru sudah berakar di budaya, identitas dan komunitas mereka. Para tetua, perempuan dan anak muda punya peran yang sama. Prinsip mereka kuat yaitu bersama-sama bertanggung jawab melindungi wilayahnya. Dengan demikian gerakan #SaveAru telah menjadi teladan bagi komunitas lainnya. Tapi perjuangan #SaveAru belum berakhir karena kepulauan Aru terus terancam eksploitasi. Pihak industri masih punya kesempatan untuk menjalankan usahanya di sana. Penyebab utamanya adalah belum adanya pengakuan resmi dari pemerintah pusat atas wilayah adat mereka.

Juga organisasi mitra kami Urai Uni, Forest Watch Indonesia dan kami dari Selamatkan Hutan Hujan termasuk dalam gerakan #Save Aru.

Perjuangan #Save Aru

Gambar massa dengan transparen "Save Aru", di latar belakang ada kapal-kapal laut
#Save Aru (© Forest Watch Indonesia)

Tahun 2012 gerakan #SaveAru berhasil menghindari ekspansi perkebunan sawit dari kelompok perusahaan Menara Group seluas 350.000 hektar.

Tahun 2012 masyarakat adat berhasil melawan empat perusahaan milik Jhonlin Group. Ke empat perusahaan ini telah merencanakan beberapa proyek di selatan kepulauan Aru di lahan seluas 61.560 hektar.

Tahun 2013 masyarakat adat berhasil mencegah aktivitas perusahaan Wuana Sejahtera Abadi (WSA) yang ingin menebang hutan hujan demi kayu tropis di lahan konsesi seluas 54.560 hektar.

Tahun 2014 masyarakat adat berhasil menghindari perkebunan tebu dari 28 perusahaan milik Menara Group di lahan seluas 481.403 hektar, 549.141 hektar perkebunan kelapa sawit, tebu dan sagu milik Nusa Ina Group serta 351.832 hektar perkebunan tebu, kelapa sawit dan karet milik 15 perusahaan dari Aru Manise Group. Rincian lebih lanjut terdapat dalam lembar fakta Kepulauan Aru Forest Watch Indonesia.

Video The Warden of Jargarian Forest berdurasi 14 menit dari mitra kami Forest Watch Indonesia menunjukkan kehidupan dan kesuksesan kampanye (dengan teks bahasa Inggris).

Tahun 2022 #SaveAru menentang izin baru pengelolaan hutan.

Tahun 2022 dimulai kampanye yang berhasil menentang proyek kredit karbon milik Melchor Group di hutan mangrove seluas hampir 600.000 hektar. Sejak itu Selamatkan Hutan Hujan menjadi bagian dari gerakan #SaveAru. Kami memberitakan tentang perdagangan sertifikat karbon dioksida dan bahaya bagi kepulauan Aru.

Sejak 2024 #SaveAru berusaha menghindari industri peternakan sapi seluas 61.567 hektar milik korporasi Jhonlin. 

Anak-anak di depan sekolahnya dengan spanduk: „Kami masyarakat adat menolak investasi peternakan sapi di petuanan kami“
„Kami masyarakat adat menolak investasi industri ternak sapi di tanah kami!“ (© Markus Apalem)

Proyek mitra kami Urai Uni

Urai Uni melakukan pelacakan penebangan liar guna melakukan perlawanan menentang perampasan lahan oleh korporasi dan deforestasi. Dan dengan dukungan kami mereka mereboisasi hutan yang sudah terdegradasi.

Tentang Kepulauan Aru: Lestarikan keindahan alam dan koordinator Urai Uni, Simon Kamsy, kami telah mempublikasikannya dalam Regenwald Report 1-2025.


  1. data dari Forest Watch Indonesia 83 persen* Catatan: luas daratan kepulauan Aru berkisar 856.300 hektar (8.563 km2), 550.000 hektar diantaranya hutan hujan dataran rendah, 156.000 hektar hutan mangrove, 53.000 hektar terumbu karang, 22.000 hektar sabana dan 19.000 hektar padang lamun.

Halaman ini tersedia dalam bahasa berikut:

Petisi aktual, latar belakang dan informasi lanjutan

Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!