"Kami ingin hidup tanpa perusahaan tambang"

cagar alam Morowali Cagar Alam Morowali (© CC BY-SA 2.0) Tambang nikel merusak cagar alam Morowali Tambang nikel juga merusak cagar alam Morowali (© Jatam Sulteng) burung Maleo Senkawor / Maleo Maleo Senkawor (maleo) (© ronnybuol/istockphoto.com) transparen Walhi Sulsel di areal pertambangan PT Vale Indonesia Aksi protes pelindung lingkungan dari WALHI Sulsel (© WALHI Sulsel) Amien dengan warga Sorowako Amien dari LSM lingkungan WALHI Sulsel (kaus kuning) berbicara dengan penduduk Sorowako tentang dampak Vale-Nickel-Mine – dan perjuangan mereka (© WALHI Sulsel) Kolase kupu-kupu Dari 500 jenis kupu-kupu di Sulawesi terdapat 389 jenis yang endemis, seperti ksatria kupu-kupu (atas), kupu-kupu satyrinae (bawah) dan kupu-kupu pieridae (kanan) (© veger/istockphoto.com / commons.wikimedia.org CC BY-SA 2.0)

26 Sep 2022

Di Sulawesi tambang nikel semakin merusak hutan dan cagar alam. Permintaan internasional akan metal untuk mobil listrik berdampak buruk bagi manusia dan alam. Aksi menentang dipatahkan dengan brutal. Artikel ini dari majalah bahasa Jerman "Regenwald Report".

Lima hari lamanya aksi menentang tambang nikel di Sulawesi Selatan. Petugas keamanan memukuli para pengunjuk rasa. Sebuah bis dengan liar menerobos jalur mereka. Tanggal 10 mei 2022 polisi tiba di tempat dan menangkap Hamrullah, Renaldy dan Nimrod.

Ke tiga anggota masyarakat adat itu kini meringkuk di penjara sebab mereka menuntut perusahaan pertambangan agar seharusnya memperbaiki kehidupan masyarakat bukannya merusak lingkungan hidup mereka, menyediakan air bersih bukan mencemarkan sungai dan menghargai hak asasi mereka.

Tambang milik perusahaan PT Vale Indonesia terletak di wilayah masyarakat adat di pegunungan Verbeek, di hutan mereka, di ladang mereka. „Bagi perusahaan tambang Vale, pertambangan nikel terbesar di Indonesia, telah ditebang dalam waktu beberapa tahun saja begitu banyak hutan“, jelas Amien dari LSM lingkungan WALHI. „Padahal petani dan nelayan secara ekonomi tidak hanya bergantung pada hutan, tapi juga hutan menyumbang air, mencegah longsor dan banjir!“

Aksi protes dari Sorowako bukanlah satu-satunya. Di banyak tempat di Sulawesi terjadi juga aksi serupa menentang perusakan alam dan mata pencaharian penduduk. Dalam tempo singkat hutan-hutan habis ditebang dan perairan dicemar – demi nikel. Penduduk kehilangan ladang dan areal menangkap ikan. Mereka tidak pernah ditanyai sebelumnya.

 

„Masyarakat desa telah memulai melakukan perlawanan“, ujar Asmar - rekan kerja Amien dari Sulawesi Tengah. „Hak-hak mereka diinjak. Polisi dan perusahaan bereaksi dengan kekerasan brutal. Selalu terjadi penangkapan masyarakat sebab mereka berprotes menentang perusakan lingkungan hidup!“ WALHI dan mitra lainnya dari Selamatkan Hutan Hujan sudah lama memberikan peringatan. Puluhan perusahaan pertambangan sementara itu di sana menambang nikel dan kobalt dan semakin jauh menembus hutan dan cagar alam. Meningkatnya kebutuhan global akan nikel berdampak buruk bagi alam.

Transisi energi merusak hutan hujan

Sejak seratus tahun ditambang di Sulawesi bijih nikel dalam jumlah kecil dan diekspor tanpa diolah. Dengan pengambil-alihan kuasa oleh Suharto dimulailah era baru eksploitasi. Pertambangan nikel skala besar dimulai tahun 1968 ketika perusahaan Kanada INCO (International Nickel Company) mendapatkan konsesi di Sulawesi. INCO kini telah menggabungkan diri dengan perusahaan asal Brasil Vale yang merupakan perusahaan pertambangan nikel terbesar ke dua di dunia. PT Vale Indonesia mengoperasikan beberapa pertambangan di Sulawesi. Kontrak dengan pemerintah Indonesia berlaku hingga 2025. Bijih nikel dilebur dan diolah di pabrik sendiri; menurut Vale seluruh produksi diekspor ke Jepang.

Maleo – unik tapi terancam

 

„Setia pada pasangnya seperti maleo“ kata orang Sulawesi. Burung maleo ternyata hanya punya satu pasangan seumur hidup. Burung ini tidak mengurusi keturunannya. Untuk meletakkan telurnya yang lima kali lebih besar dari telur ayam biasa, betinanya menggali lubang di pasir pantai. Dengan punuk yang menyerupai palu di kepalanya, burung ini mengukur suhu tanah. Pasir pantai yang hangat inilah yang akan mengerami telur.

Maleo hidup di hutan hujan dan lebih pintar berjalan dari pada terbang. Unggas yang unik ini secara fisik nampak seperti tidak ada perbedaan antara jantan dan betina. Tinggi setengah meter, berbulu hitam dengan bulu di dada berwarna putih kemerah mudaan dan berkaki kuat, burung ini hanya terdapat di Sulawesi. Perburuan dan penebangan hutan hujan untuk pertambangan nikel, emas dan pasir telah sangat merusak habitat maleo. Hewan ini termasuk dalam daftar CITES sebagai „hewan terancam punah“.

Indonesia memiliki kandungan bijih nikel terbesar di dunia. Menurut data resmi, Indonesia mempunyai seperempat cadangan global, terutama di Sulawesi dan Maluku Utara. Indonesia menanggapi seruan transisi energi dengan recana yang ambisius. Nikel bukan hanya komponen baja, tapi juga baterai untuk mobil listrik. Sejak 2020 berlaku larangan ekspor bijih nikel mentah. Pengolahan lanjutan dan dengan begitu kenaikan nilainya harus tetap berada di dalam negeri. Indonesia ingin melayani seluruh industri mobil dengan baja nikel dan baterai nikel, oleh karena itu membangun pertambangan, tungku pembakaran, smelter, pelabuhan dan infrastruktur. Pembangkit listrik batu bara menyediakan listrik yang diperlukan.

Sementara itu diseluruh Sulawesi telah diberikan 279 ijin untuk pertambangan nikel seluas 690.442 hektar, sebagian besar di hutan dan bahkan di hutan lindung. Dampaknya: penebangan, perusakan lingkungan, penindasan HAM, perampasan tanah dan meningkatnya kemiskinan. „Dengan kata lain“, ujar Amien dari WALHI, „transisi energi di Sulawesi membawa bencana sosial yang besar!“.

Pabrik-pabrik besar mengancam cagar alam

Di Pongian, Sulawesi Tengah, mengalir kotoran lumpur merah ditengah-tengah desa. „Kotoran itu berasal dari tambang nikel di hulu sungai“, ujar Asro, seorang penduduk desa. „Sungai itu merupakan sumber kehidupan kami. Airnya buat minuman kami dan ternak. Namun sejak ada pertambangan, air sungai jadi berlumpur, tercemar dan tidak bisa diminum: penderitaan, ketakutan dan keresahan menentukan nasib hidup kami. Desa tersebut sedang berjuang melawan pertambangan untuk menyelamatkan lingkungan hidup kita.

 

Di sebelah utara terletak cagar alam Morowali, terkenal dengan ekosistim yang beragam. Hutan bakau menjadi tempat peralihan antara daratan dan laut. Hutan hujan daratan rendah perlahan-lahan berpindah ke hutan gunung yang masih banyak menyimpan keasliannya. Di dataran tinggi lebih dari 1600 meter tumbuh hutan awan. Anoa, jenis sapi terkecil di dunia, kelelawar kecil, maleo senkawor (maleo) dan berbagai jenis hewan lainnya yang hanya terdapat di Sulawesi berhabitat di cagar alam yang luas ini.

Dilihat dari atas, ditengah-tengah surga alam ini terdapat kompleks industri yang luas. „Itu adalah IMIP Indonesia Morowali Industrial Park“, jelas ahli pertambangan Andika, mantan aktivis dari mitra kami JATAM. Andika pada 2017 telah memberitahukan Selamatkan Hutan Hujan akan mulainya perusakan Morowali. IMIP adalah salah satu dari tiga zona industri khusus bagi pengolahan lanjut nikel – dan menjadi bukti bagaimana cepat dan kejamnya pembangunan di Indonesia. Banyak gubuk-gubuk beroperasi sebagai kilang bijih nikel, kilang selanjutnya masih dalam pembangunan atau perencanaan. Menurut Sri Bimo Pratomo dari Kementrian Industri, 14 dari seluruh 19 peleburan nikel di Indonesia ada di Sulawesi – sembilan diantaranya di komplkes IMIP. Smelter nikel pertama beroperasi pada 2017.

Sungai-sungai yang tercemar, ladang yang rusak

Sudah sejak awal pembangunan sudah menunjukkan dampaknya seperti penebangan hutan dan penggusuran penduduk. Hanya dalam beberapa bulan saja setelah peresmian smelter pertama oleh Presiden Jokowi telah terjadi longsor dan banjir. Longsor lumpur bermeter-meter tebalnya yang mengalir ke laut merusak kehidupan flora dan fauna bawah air. Menangkap ikan tidak mungkin lagi.

 

„Bahodopi sebelumnya adalah sebuah desa dengan penduduk yang sedikit, dunia yang jauh dari industri dan peristiwa global“, ujar Andika yang lahir dan dibesarkan di sana. „Sebelum nikel ditambang, penduduk bekerja sebagai petani kecil dan nelayan. Mereka juga menjual kacang mete mereka. Dulu kehidupan mudah dan sederhana.“ Sekarang penduduk Bahodopi disebut sebagai „orang baja“. Morowali tidak lagi menghasilkan kacang mete, melainkan baja nikel. Cerobong asap menjulang ke langit. Di teluk Tolo yang teduh bersandar kapal barang besar. „Bahodopi tergenang oleh para pekerja dari China“, ujar Andika.

Pertambangan dan pengolahan lanjut dari nikel sementara ini berada di tangan China. Presiden Jokowi ingin menjadikan Indonesia sebagai produsen baja nikel dan baterai mobil listrik terbesar dunia. Untuk tujuan ini telah ditandatangani perjanjian kerja sama dengan China untuk membangun kompleks IMIP di Morowali. Zona industri khusus berarti pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pembatasan hak-hak pekerja dan penduduk. Protes seperti menentang pertambangan Vale tidak mungkin bisa di IMIP.

 

Di tempat lain perjuangan terus berlangsung. Banyak perempuan yang terlibat. „Kami yang paling terkena dampak pertambangan di kehidupan sehari-hari“, ujar Halifa dari Sorowako. „Kami tidak bisa lagi menggunakan air sungai untuk minum, masak dan cuci!“

Halifa, 26 tahun, ibu dari empat anak adalah istri salah seorang dari tiga tahanan aksi protes bulan maret lalu menentang pertambangan Vale. Ia menjelaskan solidaritas perempuan meningkat. „Motivasi kami tinggi dan menyatakan diri sebagai penyelamat hutan hujan. Kami punya hak mengatakan tidak. Tidak bagi perusakan lingkungan hidup kami!“





Pesan buletin kami sekarang.

Tetap up-to-date dengan newsletter gratis kami - untuk menyelamatkan hutan hujan!